Konsep Dakwah Sunni 1 | Hasil Dari Majelis Kalau Tidak Kebaikan Ya Keburukan
Konsep Dakwah Sunni 1 | Hasil Dari Majelis Kalau Tidak Kebaikan Ya Keburukan
www.ldsionline.com Majelis adalah bertemunya dua orang atau lebih yang di dalamnya berisi kajian atau pembicaraan seputar tema tertentu. Saat ini, bisa disebut majelis tidak harus bertatap muka empat mata atau lebih dalam satu tempat dan waktu yang sama, namun seperti halnya kita menonton vidio ceramah, lewat tv, youtube, atau lainnya itu sudah mewakili konteks dari pengertian sebuah majelis, bahkan jika diluaskan lagi makna dari majelis, kita membaca buku, artikel dan lainnya, itu sudah memiliki makna dari pengertian majelis.
Seperti yang sudah kami tulis dalam judul, yaitu Hasil dari Majelis kalau tidak kebaikan ya keburukan, poin ini sangat penting untuk kita tahu, apalagi kita sebagai pendakwah, tokoh agama, tokoh masyarakat, lebih lebih kita sebagai masyarakat atau umat. Poin tersebut harus benar benar tertanam dan menancap dalam manhaj dan aqidah kita, agar kita tidak sembarangan menjadi pendakwah atau menjadi pengikut dakwah. Allah Swt memberikan petunjuk untuk kita semua terhadap konsep dakwah sebagaimana berikut ini:
اُدْعُ اِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَدِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ أَحْسَنُ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ.
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yag baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl Ayat 125).
Nabi Saw juga memberikan pedoman kepada kita tentang dakwah:
اِنَّمَا بُعِثْتُ بِالْحَنِيْفِيَةِ السَّمْحَةِ
Sesungguhnya aku diutus dengan agama yang lurus (penuh kebaikan) lagi mudah. (Al-Hadits)
Berikut ini kami sajikan beberapa ciri ciri majelis yang menghasilkan kebaikan dan keburukan:
A. Ciri Ciri Majelis Yang Menghasilkan Kebaikan
Dalam sebuah majelis pasti membicarakan atau membahas sebuah tema tertentu, bahkan terkadang sudah dijadikan tema pembicaraan, entah majelis tersebut bermodel ceramah, tablig akbar, pidato, musyawarah, kajian kitab, dan lain sebagainya, pasti dari diadakannya majelis tersebut memiliki puncak tujuan atau hasil. Kita bisa meneliti puncak dari majelis tersebut lewat hasilnya, jika hasilnya berdampak baik maka majelis tersebut merupakan majelis yang baik dan ditokohi orang orang yang baik.
Mejelis yang baik pasti puncak hasilnya tidak keluar dari koridor dan tujuan agama:
1. Meningkatkan iman dan takwa kepada Allah, baik pendengarnya, pengisi mejelisnya dan siapapun yang bersimpati ke majelis tersebut.
2. Membuat pendengarnya semakin memperbaiki diri, semakin ke jalan yang benar, semakin menuju ke tuhannya.
3. Semakin membuat pendengarnya menebar kebaikan, semakin beramal, saling tolong menolong, menebar kedamaian, kekeluargaan, rajin ibadah, semakin mengamalkan perintah dan sunnah sunnah agama.
4. Membuat hati pendengarnya semakin dingin, penuh hikmah, meresapi, intropeksi diri.
5. Intinya majelis yang menghasilkan kebaikan akan selalu mengarahkan pendengarnya untuk berbuat kebaikan.

B. Ciri Ciri Majelis Yang Menghasilkan Keburukan
Bertolak belakang dengan majelis kebaikan, yaitu majelis keburukan, jika majelis kebaikan hasilnya adalah muatan muatan hikmah yang tersampaikan kepada pendengar sebuah majelis, namun majelis keburukan justru menghasilkan suatu hal yang bertolak belakang dengan itu semua.
Hal itu bisa kita lihat dari hasil majelis keburukan, yaitu:
1. Semakin membuat pendengarnya lupa kepada Allah, dengan kata lain melalaikan ajaran ajaran agama atau bisa disebut tindakannya bertolak belakang dengan aturan agama.
2. Membuat pendengarnya semakin sok paling benar, paling suci, yang berdampak menyalahkan selainnya.
3. Di hati pengedengarnya tertanamkan dan terdoktrin rasa benci, dengki, iri, yang kemudian berdampak menjadi tindakan yang radikal, bias, dan keras.
4. Pendengarnya di doktrin untuk menghujat, caci maki, fitnah, menebar kebencian, menebar permusuhan.
5. Membuat pendengarnya memusuhi dan melawan siapapun yang tak searah dengannya, apalagi tidak sejalan dan menghalanginya.
6. Majelisnya mengajarkan kebencian, caci maki, pertikaian, permusuhan, melawan, bahkan menghalalkan darah.
7. Berani meghakimi kesalahan orang lain, bahkan mengecap kafir, kena azab, neraka.
8. Memakai simbol simbol agama namun tindakannya bertolak belakang dengan ajaran agama.
9. Intinya mejelisnya mengajarkan keburukan, kejelekan, yang bertolak belakang dan tidak mencerminkan agama.
C. Kesimpulan
Konsep diatas, terlepas dari siapa dia, bernasab apa, dari golongan mana, tokoh apa, dari ormas apa, mulai kapan dia jadi tokoh. Konsep di atas tidak mengenal apapun dari siapapun, karena konsep di atas murni berlandaskan koridor agama. Selain itu konsep di atas juga tidak mau tau tentang tampilan orangnya, entah berjubah, berimamah, membawakan berjuta dalil dan ayat ayat, seberapa pengikutnya, dan lainnya. Dengan kata lain siapapun orangnya, dari mana asalnya, bernasab apa, jika hasilnya kebaikan maka baik, jika hasilnya keburukan maka buruk.
Konsep di atas murni untuk menyapaikan teori dasar dakwah, dan sebagai pagar aqidah. Agar jika kita menjadi pendakwah, kita bisa tahu arah dakwah yang harus kita tuju kemana, dan puncaknya apa, begitu juga konsep di atas juga sebagai pagar aqidah kita, jika kita sudah menguasai konsep di atas, kita bisa menyaring berbagai macam majelis, penceramah, kajian kajian, entah langsung ataupun dari media sosial, baik berbentuk vidio maupun tulisan atau meme. Kita bisa membedakan mana majelis yang bisa kita ikuti dan kita hindari, kita bisa tahu mana majelis yang mengajarkan kebaikan dan mana majelis yang mengajarkan keburukan. Semata mata kita menjaga marwah agama, dan menjaga diri dan keluarga kita agar tetap beragama sesuai dengan koridornya.