Perbedaan Sunni, Syi’ah, Wahabi, Khawarij, Salafi, HTI

Perbedaan Sunni, Syi’ah, Wahabi, Khawarij, Salafi, HTI

Perbedaan mendasar dari Sunni, Syi’ah, Wahabi, Khawarij, Salafi, HTI adalah dari segi aqidah, aqidah yaitu konsep kepercayaan yang dianut oleh setiap umat Islam sebagai salah satu fondasi pokok dalam menjalankan agamanya. Sebetulnya aqidah hampir semakna dengan iman, namun makna aqidah cakupannya lebih luas karena bukan hanya sekedar percaya, namun mencangkup konsep kepercayaan itu sendiri. Mungkin setiap umat Islam percaya kepada Allah, bagaimana bentuk dan cara percaya kepada Allah itulah yang dibahas secara luas dalam aqidah. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Jibril:

“Lalu dia bertanya lagi, wahai Rasulallah, apakah iman itu? Beliau menjawab, Kamu beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, beriman kepada kejadian pertemuan dengan-Nya, beriman kepada para Rasul-Nya dan kamu beriman kepada hari kebangkitan serta beriman kepada takdir semuanya. Dia berkata, kamu benar.” (HR. Muslim No 11)

Perlu diketahui, dalam Islam sendiri, terkait konsep keimanan, terdapat beberapa perbedaan mendasar. Agar tidak terjadi kerancuan pemahaman maka perlu kiranya memahami gambaran pokoknya saja. Dari semua perbedaan pandangan tersebut dapat kiranya digolongkan ke dalam tiga kelompok besar, pertama golongan kiri, yang murni menggunakan akal atau kontekstualisasi Al-Qur’an dan Hadits. Kedua golongan kanan, yang murni menggunakan tekstualisasi atau dzahir teks Al-Qur’an dan Hadits. Ketiga golongan tengah, yang menggunakan perpaduan antara teks dan konteks. Berikut penjelasannya:

1. Golongan Kiri

Golongan kiri, seperti Firqah Mu’tazilah, golongan ini berpendaapat bahwa iman hanya sebuah perbuatan baik. Mereka tidak memasukkan kategori tasdiq dan ma’rifat sebagai keimanan. Menurut Abd. Al-Jabbar orang yang tahu Tuhan tetapi melawan kepadanya, bukanlah orang yang mu’min. Contoh lain kelompok ini adalah firqah Khawarij. Khawarij berpandangan bahwa iman tidak semata mata percaya kepada Allah, mengerjakan kewajiban dan larangan agama juga merupakan bagian dari iman. Selanjutnya adalah firqah Murjiah. Golongan yang sepaham denga Murji’ah adalah Al-Jahmiyah, As-Sahiliyah dan Al-Yunusiyah. Mereka berpendapat bahwa iman adalah tashdiq (membenarkan) secara qalbu saja atau ma’rifat (mengetahui) Allah dengan qalbu, bukan dengan iqrar dalam bentuk ucapan maupun diwujudkan dalam bentuk tindakan.

2. Golongan Kanan

Golongan kanan: semisal firqah Syiah: golongan ini memiliki aqidah dasar bahwa rukun iman ada lima: (1) imana kepada keesaan Allah, (2) iman kepada keadilan, (3) iman kepada kenabian, (4) iman kepada imamah, yaitu kepemimpinan 12 imam, dan (5) iman kepada hari ma’ad/kiamat.

Berbeda dengan golongan Syiah adalah golongan Salafi, golongan ini memiliki beberapa pandangan pokok dalam soal keimanan: 

Pertama, Allah itu bertempat, berarah, dan berwujud sebagaimana yang digambarkan sendiri dalam Al-Qur’an dan Hadits, Allah bertempat dengan bersemayam di singgasana Arys, berdasarkan firman Allah Swt.

اَلرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى

“Allah Yang Maha Pengasih itu bersemayam di atas (singgasana) ‘Arys.” (QS. Tha Ha: 05).

Allah berarah, Allah berada di arah ketinggian langit, hal ini berdasarkan firman Allah Swt.

يَخَافُوْنَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ

“Mereka takut kepada Tuhan mereka yang (arahnya) di atas (langit).” (QS. An-Nahl: 50).

Kalaupun Allah sendiri dalam Al-Qur’an menyatakan serupa dengan makhluk, maka kita tinggal menetapkan saja. Sebagaimana Allah sendiri mengatakan bahwa Allah memiliki tangan, wajah, kaki, mirip Adam, dan lain sebagainya, maka kita berkewajiban untuk menerima, mengimani, dan tidak perlu mempersoalkan. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Saw:

“Sesungguhnya Allah Ta’ala menerima sedekah dengan tangan kanan-Nya, lalu mengembangkannya untuk kalian sebagaimana kalian membesarkan anak kuda kalian, sampai-sampai sesuap makanan akan menjadi sebesar gunung Uhud.” (HR. Tirmidzi No 598).

Kedua, Mereka berpendapat bahwa iman dibagi menjadi tiga. Pertama, tauhid Al-Uluhiyyah, yaitu mengesakan Allah dalam ibadah, yakni beribadah hanya kepada Allah dan karena-Nya semata, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Fatihah ayat 4 dan An-Nas ayat 3. Kedua, Tauhid Ar-Rububiyyah, maksudnya mengesakan Allah dalam perbuatan-Nya, yakni mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang mencipta, menguasai dan mengatur alam semesta ini, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Fatihah ayat 2, dan An-Nas ayat 1. Ketiga, tauhid Al-Asma’ was Sifat, maksudnya mengesakan Allah dalam asma dan sifat-Nya, artinya menetapkan nama, sifat, dan dzat Allah sesuai dengan makna dzahirnya teks Al-Qur’an dan Hadits tanpa perlu dipalingkan (dita’wil) kepada makna yang lain.

3. Golongan Tengah

Golongan tengah, yakni golongan Sunni, golongan ini dipandegani oleh golongan Ahlussunnah wal Jama’ah, yakni Asy’ariyah dan Maturidi. Paham ini berusaha mengambil sikap tengah di antara dua kutub: akal dan naql, antara kaum Salafi dan Mu’tazilah. Golongan ini bercorak perpaduan antara pendekatan tekstual dan kontekstual, sehingga Al-Ghazali menyebutnya sebagai aliran Al-Mutawassith (pertengahan). Berikut pokok pokok ajaran keimanannya: 

Pertama, Allah ada tanpa bertempat, tanpa arah, dan wujud Allah tidak serupa dengan makhluknya. Allah Swt tidak bertempat, sebuah tempat merupakan makhluk ciptaan Allah, maka maha suci Allah bergantung pada sebuah tempat, bahkan makhluklah yang seharusnya bergantung kepada-Nya. Hal ini berdasarkan firman Allah:

قُلْ هُوَ اللهُ اَحَدٌ اللهُ الصَّمَدُ.

“katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa, Allah adalah tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu (Makhluk).” (QS. Al-Ikhlas: 1-2)

Allah tidak berarah, Allah tidak berada di arah manapun, hal ini berdasarkan firman Allah:

وَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَكَانَ اللهَ بِكُلِّ شَيْءٍ مُحِيْطًا.

“dan adalah (keberadaan) Allah meliputi segala sesuatu.” (QS An-Nisa: 4).

Allah tidak serupa dengan makhluk, seandainya Allah dalam Al-Qur’an meggambarkan dirinya memiliki tangan, wajah, kaki, dan lain sebagainya. Maka wajib menyakini bahwa hal itu hanya makna majazi dan bukanlah makna hakikinya. Hal ini berdasarkan firman Allah:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيْعٌ الْبَصِيْرُ.

“Allah tidak semisal dengan sesuatu pun, Allah itu maha mendengar lagi maha melihat.” (QS Asy-Syura: 11).

Kedua, membenarkan (tashdiq) di dalam hati akan wujud Allah, diucapkan (taqrir) dengan lisan, dan diwujudkan dalam amal shalih. Dengan demikian Iman mencangkup Aqidah (keyakinan), akhlak, dan amal perbuatan.

Perbedaan Sunni, Syi’ah, Wahabi, Khawarij, Salafi, HTI

Ketiga, meyakini bahwa Allah memiliki tiga sifat, yakni Wajib, Mustahil, dan Jaiz. Wajib bagi Allah bersifat Wujud maksudnya Ada (QS. Al-A’raf:143), Qidam maksudnya terdahulu (QS. Al-Hadid: 3), Baqa’ maksudnya kekal (QS. Ar-Rahman: 26-27), Mukhalafatul Lil Hawadisi maksudnya bentuknya berbeda dengan makhluknya (QS. Asy-Syura: 11), Qiyamuhu Binafsihi maksudnya mandiri tidak bergantung (QS. Al-Isra: 111), Wahdaniyah maksudnya tunggal (QS. An-Nahl: 51) Qudrat maksudnya berkehendak (QS. AL-Baqarah: 20) Iradat maksudnya berkehendak (QS. Yasin: 82), Ilmu maksudnya mengetahui (Qs. Al-Hujurat: 16), Hayat maksudnya hidup (QS. Al-Baqarah: 255)o, Sama’ maksudnya mendengar (QS. Al-Anbiya: 4), Bashar maksudnya melihat (QS. Ibrahim: 38) dan Kalam maksudnya berfirman (QS. An-Nisa: 164).

Baca juga: Sumber Dasar Hukum Agama Islam

Mustahil bagi Allah bersifat Adam maksudnya tidak ada, Huduts maksudnya sama dengan makhluknya, Ihtiyaju Lighairihi maksudnya membutuhkan pada lainnya, Ta’addud maksudnya berbilang, Ajzun maksudnya lemah, Karohun maksudnya terpaksa, Jahlun maksudnya bodoh, Mautun maksudnya mati, Summum maksudnya tuli, Umyun maksudnya buta, dan mustahil bagi Allah bersifat Bukmun maksudnya bisu.

Jaiz (Boleh) bagi Allah bersifat dengan segala sifat yang mungkin Allah mengerjakannya atau meninggalkannya. Sifat jaiz bagi Allah hanya ada satu yaitu: “Fi’llu Kulli Mumkinin Au Tarkuhu” yang berarti Allah berwenang untuk berbuat dan menciptakan sesuatu atau tidak sesuai dengan kehendak-Nya.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel