Contoh Ayat Mutasyabihat Dan Cara Menyikapinya
Contoh Ayat Mutasyabihat Dan Cara Menyikapinya
Terkait cara memahami ayat mutasyabihat akan dicukupkan dua golongan saja, yakni golongan khalaf dan salaf. Untuk golongan salaf sudah tidak perlu penjelasan lagi dikarenakan golongan ini sudah berlepas dari dalam perdebatan untuk membahas ayat-ayat mutasyabihat.
Contoh ayat mutasyabihat tentang bentuk Allah:
كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ اِلَّا وَجْهَهُ.
“Tiap-tiap sesuatu pasti binasa kecuali wajah Allah.” (QS. Al-Qashash: 88)
يَوْمًا بَيْنَ ظَهْرَانَيْ النَّاسِ الْمَسِيْحَ الدَّجَّالَ فَقَالَ اِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَيْسَ بِأَعْوَرَ اَلَا اِنَّ الْمَسِيْحَ الدَّجَّالَ أَعْوَرَ عَيْنِ الْيُمْنَى كَأَنَّ عَيْنَهُ عِنْبَةٌ طَافِيَةٌ.
“Suatu hari Rasulallah Saw menyebutkan tentang Al-Masiih Ad-Dajjal di hadapan orang banyak, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak buta sebelah, ketahuilah sesungguhnya Al-Masih Ad-Dajjal buta sebelah mata kanan, seakan akan matanya adalah anggur yang sudah masak.” (HR. Muslim No 247).
قَالَ يَااِبْلِيْسَ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ مِنَ الْعَالِيْنَ.
“Allah berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Kuciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?.” (QS. Sad: 75).
اِذَا قَاتَلَ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيَجْتَنِبُ الْوَجْهَ فَاِنَّ اللهَ خَلَقَ اَدَمَ عَلَى صُوْرَتِهِ.
“Apabila salah seorang darimu berkelahi dengan saudaranya yang muslim, maka hendaklah ia menghindari bagian wajah, karena Allah telah menciptkan Adam dengan rupa dan bentuk wajah-Nya.” (HR. Bukhari dan Muslim No 4731).
Golongan Salafi otomatis akan menetapkan sifat wajah, mata, tangan, kaki, dan mirip Nabi Adam pada Allah, bahwa Allah wajib memiliki wajah, mata, tangan, kaki, dan mirip Nabi Adam, walaupun bentuknya berbeda dengan makhluknya. Dikarenakan secara dzahirnya lafadz Allah sendiri yang mengatakan dan kita sebagai makhluk sudah tidak berhak untuk menolaknya.
Golongan Khalaf akan sekuat tenaga menolak pemahaman bahwa Allah sama dengan makhluknya, sehingga golongan ini menafsirkan tangan Allah dengan sifat yang lebih layak dengan keagungan sifat-sifat Allah. Oleh karena itu golongan ini menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan Al-Yadayn adalah Al-‘Inayah (perhatian khusus) dan Al-Hifzh (memelihara dan menjaga), karena bila maknanya tidak disesuaikan maka akan berdampak pada tersesatnya aqidah orang awam yang menganggap Allah sama dengan manusia yang memiliki anggota tubuh, mutahil dan maha suci bagi Allah serupa dengan makhluknya.
Contoh Ayat Mutasyabihat tentang keberadaan Allah
Dari beberapa ayat mutasyabihat di bawah ini golongan salafi membangun kontruksi aqidahnya berdasarkan metode dzahir atau lahirnya sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan Allah ada di atas makhluknya, dia atas langit, bersemayam di atas singgasana.
يَتَنَزَّلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ اِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْاَخِرُ يَقُوْلُ مَنْ يَدْعُوْنِي فَأَسْتَجِيْبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَلَهُ
“Rabb kita Tabaraka wata’ala setiap malam turun ke langit dunia ketika sepertiga malam terakhir, lantas Dia berfirman: “Siapa yang berdo’a kepada-Ku, niscaya Aku akan mengijabahinya, siapa yang meminta sesuatu kepada-Ku, niscaya Aku akan memberinya dan siapa yang meminta ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuninya.” (HR. Bukhari No 5846).
يَخَافُوْنَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ.
“Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka).”. (QS. An-Nahl: 50).
Baca juga: Perbedaan Muhkamat Dan Mutasyabihat
Hadits
قَالَ لَهَا مَنْ رَبُّكَ قَالَتْ اللهُ قَالَ مَنْ أَنَا قَالَتْ أَنْتَ رَسُوْلُ اللهِ قَالَ أَعْتِقْهَا فَاِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ.
“Nabi Saw bertanya: “siapakah Rabb-mu?” ia menjawab, “Allah”. Beliau bertanya lagi: “Siapakah saya”? ia menjawab “Anda adalah Rasulallah”, beliau bersabda: “Merdekakanlah wanita itu, karena ia adalah seorang wanita mukminah.” (HR. Ahmad No 18636 dan Malik No 1269).
يَا أَبَا هُرَيْرَةَ اِنَّ اللهَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرَضِيْنَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
“wahai Abu Hurairah, sesungguhnya Allah menciptakan langit dan bumi serta apa apa yang ada di antara keduanya dalam enam hari, kemudian Dia berada di atas ‘Arsy (Singgasana).” (HR. An-Nasai dalam As-Sunan AL-Kubra).

Suatu hari ada seorang bertanya kepada Imam Malik tentang ayat Allah Swt:
اَلرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوى
“(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas Arsy.” (QS. Ta Ha: 5)
يَتَنَزَّلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ اِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْاَخِرُ يَقُوْلُ مَنْ يَدْعُوْنِي فَأَسْتَجِيْبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَلَهُ
“Rabb kita Tabaraka wata’ala setiap malam turun ke langit dunia ketika sepertiga malam terakhir, lantas Dia berfirman: “Siapa yang berdo’a kepada-Ku, niscaya Aku akan mengijabahinya, siapa yang meminta sesuatu kepada-Ku, niscaya Aku akan memberinya dan siapa yang meminta ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuninya.” (HR. Bukhari No 5846).
Baca juga: Pengertian Muhkamat Dan Mutasyabihat
Golongan Salafi wajib menetapkan sifat turunnya Allah bahwa fisiknya Allah memang naik turun dari langit.
Golongan Khalaf berkeyakinan mustahil Allah turun dari langit dengan bentuk fisiknya, sehingga makna yang layak dari maksud turunnya Allah adalah rahmatnya Allah.