Biografi Lengkap Imam Syafi’i
Biografi Lengkap Imam Syafi’i
Nama beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Idris yang bersanad Al-Abbas Utsman bin Syafi’i bin As-Saib Al-Hasyimi Al-Muththalibi Al-Quraiys. Kakeknya, Syafi’i pernah bertemu dengan Nabi Muhammad Saw, dikala masih muda belia. Nenek moyangnya, Saib, dahulu adalah pembawa panji-panji bani Hasyim di waktu Perang Badar. Setelah beliau tertawan oleh orang Islam dan menebus diri, kemudian masuk agama Islam.
Imam Syafi’i dilahirkan pada tahun 150 H, di Gazzah, suatu kota di tepi pantai Palestina Selatan. Ayahnya pergi ke kota tersebut karena ada suatu keperluan. Di kota tersebut ayahnya meninggal dunia beberapa saat setelah kelahiran putranya, Abu Abdillah Muhammad. Setelah Abu Abdillah berumur dua tahun, ibunya membawanya ke tanah kelahiran orang tuanya, Makkah, dan akhirnya menetap di kota tersebut dalam keadaan yatim, sampai menjadi dewasa.
Sebagai seorang yang mempunyai perkembangan otak yang lebih cepat daripada pertumbuhan jasmaninya, beliau sudah hafadz Al-Qur’an, sejak berumur 7 tahun.
Dalam perantauan ilmiyahnya, beliau pergi ke Madinah menemui Imam Malik untuk minta izin agar diperkenankan meriwayatkan hadits-haditsnya. Sebelum Imam Malik mengizinkannya, beliau dites lebih dahulu untuk membacakan kitab Muwaththa’ di hadapannya.
Kemudian dibacanya kitab Muwaththa’ di luar kepala. Sang guru merasa heran atas kepandaian muridnya dan sekaligus berkata: “Jika ada orang yang berbahagia, maka inilah pemudanya”.
Pada tahun 195 H beliau pergi ke Baghdad, untuk mengambil ilmu dan pendapat-pendapat dari murid murid Imam Abu Hanifah, bermudharah dan berdebat dengan mereka. Waktu yang diperlukan berada di Baghdad hanya 2 tahun, kemudian kembali ke Makkah. Tahun 198 H beliau pergi lagi ke Baghdad, hanya sebulan lamanya, dan akhirnya pada tahun 199 H beliau pergi ke Mesir dan memilih kota terakhir ini sebagai tempat tinggalnya untuk mengajarkan As-Sunnah dan Al-Kitab kepada khalayak ramai. Jika kumpulan fatwa beliau ketika di Baghdad dulu disebut dengan Qaulu Al-Qadim, maka kumpulan fatwa beliau selama di Mesir ini diberi nama Qaulu Al-Jadid (baru).
Guru guru beliau dalam hadits, antara lain ialah Malik Bin Anas, Muslim bin Khalid, Ibnu ‘Uyainah, Ibrahim bin Sa’ad dan lain-lainnya.
Baca juga: Biografi Lengkap Imam Malik Bin Anas
Adapun di antara ulama ulama besar yang pernah berguru kepada beliau, antara lain: Ibnu Hanbal, Al-Humaidi, Abu At-Thahir bin Al-Buwaithi, Muhammad bin Abdu Al-Hakam dan lain sebagainya.
Disamping beliau ahli dalam bidang memahamkan Al-Kitab, ilmu balaghah, ilmu fiqih, ilmu berdebat, juga terkenal sebagai muhaddits.
Orang orang Makkah memberikan gelar kepada beliau “Nashirul Hadits” (penolong pemahaman hadits). Imam Sufyan bin ‘Uyainah bila didatangi seseorang yang meminta fatwa, beliau terus memerintahkan agar minta fatwa kepada Imam Syafi’iy, ujarnya: “Salu hadzal ghulama” (bertanyalah kepada pemuda itu).
Abdullah, putra Ahmad bin Hanbal, pernah bertanya kepada ayahnya, apa sebabnya Ayah selalu menyebut nyebut dan mendoakan kepada Imam Syafi’i.
Atas pertanyaan anaknya ini Imam Ahmad bin Hambal menjelaskan, bahwa Asy-Syafi’i itu adalah bagaikan matahari untuk dunia dan bagaikan kesehatan untuk tubuh dan untuk kedua hal itu tidak ada orang yang sanggup menggantikannya dan tidak ada gantinya.
Kebanyakan ahli ilmu, juga Imam Ahmad dalam menginterpreter hadits Abu Dawud yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra: “Sungguh Allah bakal mengutus kepada umat ini, pada tiap tiap awal 100 tahun, orang yang bakal memperbaharui sistem abad pelaksanaan keagamaan”. Menerangkan bahwa mujaddid pada abad pertama ialah Abdul Aziz dan mujaddid pada abad kedua adalah Imam Asy-Syafi’i.
Secara jujur Imam Ahmad mengakui, andai kata tidak ada Imam Syafi’i sungguh aku tidak mengenal cara memahamkan hadits (laulasy Syafi’i ma’rafna fiqhal hadits).

Karya karya Imam Asy-Syafi’i banyak sekali. Diantara karya karya beliau itu ada yang di tulis sendiri dan dibacakan kepada orang orang banyak, dan ada pula yang hanya didektekannya kemudian murid muridnya yang membukukannya.
Dalam bidang Hadits, beliau menulis kitab kitab: Al-Musnad, Mukhtaliful Hadits, As-Sunan.
Dalam bidang Ilmu Fiqih dan Ushul, beliau menuliskan kitab kitab: Al-Umm, Ar-Risalah.
Beliau wafat pada malam Jum’at, dan dikebumikan setelah shalat Asar hari Jum’at, pada akhir bulan Rajab tahun 204 H. Yang bertepatan dengan tanggal 29 Rajab, 204 H atau 19 Januari tahun 820 M.