Biografi Lengkap Imam Malik Bin Anas
Biografi Lengkap Imam Malik Bin Anas
Imam Abu Abdillah Malik bin Anas bin Malik bin Abu Amir bin Amr bin Al-Harits adalah seorang Imam Darul Hijrah dan seorang faqih, pemuka madzhab Malikiyah. Silsilah beliau berakhir sampai kepada Ya’rub bin Al-Qahthan Al-Ashbahy.
Nenek moyangnya, Abu Amir, adalah seorang sahabat yang selalu mengikuti seluruh peperangan yang terjadi pada zaman Nabi, kecuali Perang Badar. Sedang kakeknya, Malik, adalah seorang tabi’in yang besar dan fuqaha kenamaan dan salah seorang dari empat orang tabi’in yang jenazahnya dihusung sendiri oleh khalifah ‘Utsman ke tempat pemakamannya.
Imam Malik bin Anas, dilahirkan pada tahun 93 Hijriyah di kota Madinah, setelah tak tahan lagi menunggu di dalam rahim ibunya selama tiga tahun.
Sebagai seorang Muhaddits yang selalu menghormati dan menjunjung tinggi hadits Rasulallah Saw beliau bila hendak memberikan hadits, berwudlu lebih dahulu, kemudian duduk di atas alas shalat dengan tenang dan tawadlu’. Beliau benci sekali memberikan hadits sambil berdiri, di tengah jalan atau dengan tergesa gesa.
Beliau mengambil hadits hadits secara qira’ah dari nafi’ bin Abi Nua’im, Az-Zuhry, Nafi’, pelayan Ibnu ‘Umar ra dan lain sebagainya. Ulama ulama yang penuh berguru kepada beliau antara lain Al-Auza’iy, Sufyan Ats-Tsaury, Sufyan bin ‘ Uyainah, Ibnu Al-Mubarak, Asy-Syafi’iy dan lain sebagainya.
Disamping keahliannya dalam bidang ilmu fiqih, seluruh ulama telah mengakuinya sebagai muhadits yang tangguh. Seluruh warga negara hizaj memberikan gelar kehormatan baginya “Sayyidi Fuqahai Al-Hijaz”.
Imam Asy-Syafi’iy memujinya sebagai berikut “Apabila dibicarakan tentang hadits, maka Imam Malik lah bintangnya dan apabila dibicarakan soal keulamaan, maka Malik jugalah bintangnya”. Tidak ada seorang yang lebih terpecaya dalam ilmu Allah daripada Imam Malik. Imam Malik dan Ibnu ‘Uyainah adalah dua orang sekawan, yang andaikata kedua orang tersebut tidak ada, niscaya hilang pula ilmu orang orang Hijaz
Imam Yahya bin Sa’id Al-Qahthan dan Imam Yahya bin Ma’in menggelarinya sebagai “Amirul Mukminin Fi Al-Hadits”
Imam Bukhari mengatakan bahwa sanad yang dikatakan ashahhu al-asanid, ialah bila sanad itu terdiri dari Malik, Nafi’ dan Ibnu ‘Umar ra.
Sebagai seorang Muhadditsin yang konsekuen dengan ilmu yang dimilikinya, beliau tidak pernah melalaikan berjamaah, selalu aktif menjenguk kawan kawannya yang sedang sakit dan selalu melaksanakan kewajiban yang lain.
Beliau terkenal sebagai ulama yang keras dalam mempertahankan pendapatnya, bila dianggap benar. Beliau pernah diadukan oleh orang kepada Khalifah Ja’far bin Sulaiman, paman Ja’far Al-Manshur dengan tuduhan tidak menyetujui pembaiatan Khalifah.

Menurut Ibnul Jauzi beliau disiksa dengan dicambuk 70 kali, sampau ruas lengannya sebelah atas bergeser dari persendian pundaknya. Siksaan ini dilakukan, disebabkan fatwanya tidak sesuai dengan kehendak Khalifah.
Akibat dari penyiksaan ini, namanya bukan menjadi pudar, tetapi bahkan menjadi harum dan martabatnya menjadi tinggi di kalangan para ahli ilmu.
Karya beliau yang sangat gemilang, dalam bidang ilmu hadits ialah kitab “Al-Muwaththa’”, ditulis pada tahun 144 H. Atas anjuran Khalifah ja’far Al-Manshur, sewaktu bertemu di saat saat menunaikan ibadah haji.
Menurut penelitian dan perhitungan yang dilakukan oleh Abu Bakar Al-Abhary, jumlah atsar Rasulallah Saw, sahabat, dan tabi’in yang tercantum dalam kitab Muwaththa’ sejumlah 1720 buah, dengan perincian sebagai berikut:
Yang musnad sebanyak 600 buah, yang mursal sebanyak 222 buah, yang mauquf sebanyak 613 buah dan yang maqthu’ sebanyak 285 buah.
Ulama kemudian yang mensyarahkan kitab Muwaththa’ antara lain Abdil Barr dengan nama At-Tamhid Wa Al-Istidkar, Abu Walid dengan nama Al-Mau’ib, Az-Zarqani dan Ad-dahlawi dengan nama Al-Musawwa.
Beliau wafat pada hari ahad, tanggal 14 Rabiul Awal tahun 169 (menurut sebagian pendapat tahun 179 H), di Madinah, dengan meninggalkan 3 orang putra: Yahya, Muhammad dan Hammad.