Khutbah Jumat Umum Nasional | Akhlak Kepada Pemimpin Dan Kewajiban Taat Kepadanya
Khutbah Jumat Umum Nasional | Akhlak Kepada Pemimpin Dan Kewajiban Taat Kepadanya
Khutbah jumat terbaru saat ini adalah khutbah yang menjelaskan bagaimana seharusnya sikap masyarakat kepada pemimpinnya, dalam khutbah ini juga diberikan landasan landasan dari setiap point pointnya. Khutbah ini bernaungan umum secara nasional, namun juga bisa dibawa kapampun dan dimanapun.
اَلْحَمْدُ للهِ الْبَارِئِ الْبَرِيَّاتِ, وَعَالِمِ الْظَوَاهِرِ وَالْخَفِيَّاتِ, أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ حَمْدًا يَمْلَأُالْكَائِنَاتِ, وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا أَنَالُ بِهِ مِنْ وَاسِعِ فَضْلِهِ جَزِيْلَ الْهِبَاتِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ فِي رُبُوْبِيَّتِهِ وَاِلَهِيَّتِهِ. وَمَا لَهُ مِنَ الْكَمَالَاتِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ السَّادَاتِ وَصَاحِبُ الْاَيَاتِ الْبَيِّنَاتِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ اْلاَئِمَّةِ الْهُدَاةِ أُوْلِي الْفَضَائِلِ وَالْكَرَمَاتِ.
اَمَّا بَعْدُ فَيَا اَيُّهَا النَّاسِ: اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى تَقْوَى مَنْ حَذَرَ وَخَافَ وَاسْتَقَامَ وَأَدُوْا حُقُوْقَ اللهِ تَعَالَى فِي اْلاِسْلَامِ, وَأَشْكُرُهُ عَلَى مَا أَوْلَاكُمْ مِنَ الْاَفْضَالِ وَالْاَكْرَامِ.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Marilah kita memperkuat keimanan kita dengan taqwa, senantiasa berusaha menjalankan perintah perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangan Allah di manapun dan kapanpun.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Dalam kesempatan yang penuh barakah ini, saya mengajak diri saya sendiri dan juga seluruh hadirin untuk selalu meningkatkan taqwa kita kepada Allah. Marilah kita selalu berusaha sekuat tenaga untuk mentaati apa yang telah Allah perintahkan, marilah kita berusaha dengan semaksimal mungkin untuk menjauhi apa apa yang telah Allah larang, dan mari kita selalu menunjukkan rasa syukur kita kepada Allah, karena telah banyak kenikmatan yang kita peroleh dari Allah Swt secara gratis, dan mari kita tunjukkan sikap kesabaran kita ketika kita mendapat ujian atau cobaan, dengan begitu insyaallah kita nanti akan betul betul menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah Swt.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang begitu kompleks dan beragam tentu diperlukan figur seorang pemimpin yang bisa menciptakan masyarakat yang aman dan sejahtera. Setiap orang pasti menghendaki seorang pemimpin yang adil, amanah dan jujur, apalagi kita seorang muslim yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya pasti menginginkan adanya pemimpin yang bertakwa, shalih, jujur, amanah dan adil, sehingga bisa mewujudkan masyarakat atau Negara yang Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur. Akan tetapi jika pemimpin tersebut tidak sesuai dengan harapan mereka, biasanya akan timbul gerakan secara sembunyi sembunyi atau bahkan terang terangan yang dilakukan oleh kelompok terntentu yang menginginkan kekacauan masyarakat.
Para ulama dan kaum muslimin sepakat akan kewajiban taat kepada pemerintah yang sah dalam perkara yang bukan maksiat dan dosa kepada Allah Swt, karena Allah Swt telah memerintahkan hal tersebut sebagaimana dalam firman-Nya:
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا أَطِيْعُوْا اللهَ وَأَطِيْعُوْا الرَّسُوْلَ وَأُوْلِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ.
Hai orang orang yang beriman taatilah Allah dan Rasul-Nya, dan ulil amri diantara kamu. (An-Nisa’: 59).
Demikian pula Rasulallah Saw juga berwasiat untuk kita semua:
أُصِيْكُمْ بِتَقْوَا اللهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَاِنْ عَبْدًا حَبَشِيًا.
Aku wasiatkan kalian agar senantiasa taqwa kepada Allah Swt, serta mendengar dan taat kepada pemimpin (Negara) meskipun pemimpin tersebut seorang budak dari Habasyah. (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Berdasarkan dari ayat Al-Qur’an maupun Hadits di atas maka sebagai umat Islam perlu untuk bersikap:
1. Mentaati pemimpin dalam perkara yang ma’ruf
Ada sebah riwayat: “Wajib atas seorang muslim untuk mendengar dan taat (terhadap pemimpin) pada apa apa yang disukai atau ia benci kecuali jika ia disuruh untuk berbuat kemaksiatan. Jika ia disuruh untuk berbuat kemaksiatan maka tidak boleh mendengar dan taat”. (HR. Muttafaq ‘Alaih).
Allah memerintahkan untuk taat kepada ulil amri, mereka adalah para pemimpin dari kalangan amir, hakim dan mufti, sesungguhnya tidak akan berjalan perkara agama dan dunia kecuali dengan mentaati dan tunduk kepadanya dalam rangka mentaati perintah Allah dan mengharap ridla di sisi-Nya akan tetapi dengan syarat tidak dalam bermaksiat atau dosa kepada-nya. Point satu ini adalah point prioritas yang harus kita jaga sebagai seorang muslim.
2. Mentaati pemimpin yang shalih dan yang dzalim sekalipun
Dalam suatu riwayat: Hudzaifah bin Yaman ra berkata: “Wahai Rasulallah, dahulu kita berada dalam keburukan kemudian Allah datang memberikan kebaikan kepada kita dan kita berada diatasnya, apakah setelah kebaikan ini akan ada keburukan lagi? Rasulallah Saw menjawab: “Ya”, kemudian Hudzaifah berkata: “apakah setelah keburukan akan ada kebaikan? Rasulallah Saw menjawab: “Ya”. Kemudian Hudzaifah bertanya lagi: apakah setelah kebaikan akan ada keburukan? Rasulallah Saw menjawab: “YA”, kemudian Hudzaifah bertanya kembali: “Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Rasulallah Saw bersabda: “akan datang setelahku, pemimpin pemimpin yang tidak mengambil petunjukku, mengambil sunnah tapi bukan dari sunnahku. Dan akan ada orang orang yang hati mereka seperti hati syaitan dalam tubuh manusia. Lalu Hudzaifah berkata: “Wahai Rasulallah, apa yang aku perbuat jika keadaan tersebut menjumpaiku? Rasulallah Saw menjawab: “Dengar dan taatilah pemimpin, walaupun punggungmu dipukuli dan hartamu diambil, dengarkan dan taati”. (HR. Muslim).
Baca Juga: Kupas Tuntas Hukum Mengkonsumsi Kepiting
3. Tidak perlu melakukan demonstrasi, pemberontakan, kudeta atau keluar dari ketaatan mereka.
Para ulama ahlu sunnah wal jamaah tidak pernah memerintahkan kaum muslimin untuk berdemonstrasi. Mengumbar kejelekan pemimpin dimuka umum, baik di media masa maupun media elektronik, apalagi melakukan pemberontakanm mengangkat senjata dan keluar dari ketaatan kepada pemimpin. Lihatlah bagaimana sikap para sahabat nabi ketika dipimpin oleh pemimpin yang kejam yaitu Hajjaj bin Yuzuf. Tidak ada satupun dari sahabat yang berdemo, memberontak, apalagi menggulingkan Hajjaj bin Yusuf.
4. Wajib atas seorang muslim untuk bersabar ketika dipimpin oleh pemimpin yang dzalim.
Ada sebuah riwayat berbunyi “ barangsiapa yang melihat sesuatu yang dibencinya dari pemimpin maka bersabarlah. Sesungguhnya barangsiapa yang keluar dari jamaah sejengkal saja kemudia ia meninggal maka ia mati dalam keadaan jahiliyah”. (HR. Muttafaq alaih).
5. Menasehati mereka dengan sembunyi sembunyi, bukan di depan umum.
Diantara prinsip ahlu sunnah wal jamaah adalah menasehati para pemimpin tidak secara frontal dengan membeberkan aib mereka didepan umum. Dari sini terdapat mashlahat yang sangat besar sehingga terjagalah kehormatan dan kewibawaan pemimpin di mata rakyatnya.
Baca Juga: Khutbah Jumat Terbaru Amal Pelebur Dosa

6. Mendoakan yang baik kepada para pemimpin
Ketika kaum muslimin diuji oleh Allah Swt dengan ditimpakannya pemimpin yang dzalim, pemerintahan yang tidak adil, berbuat semena mena, maka hendaknya mereka berdoa agar Allah Swt memperbaiki urusan mereka. Karena baiknya urusan negeri akan berdampak baik terhadap penduduknya. Hal ini sebagaimana yang dialakukan oleh para ulama ahlu sunnah wal jamaah ketika mereka dipimpin oleh pemimpin yang dzalim.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Setelah kami suguhkan bagaimana sikap seorang muslim yang berpegang kepada manhaj salafus shalih maka jelaslah kesesatan dan penyimpangan cara cara yang digunakan beberapa kelompok atau golongan yang mengatasnamakan ahlu sunnah wal jamaah. Mereka sangat jauh dari tuntunan nabi Muhammad Saw dan para ulama ahlu sunnah wal jamaah. Mereka berdemonstrasi di jalan jalan, mengumbar aib aib pemimpin di tengah tengah masyarakat, bahkan yang lebih mengenaskan lagi mereka melakukan hal yang membahayakan nyawa manusia, pengeboman, dan prilaku anarkis lainnya. Dengan dalih jihad dan syahid, padahal jelas tidak mungkin agama islam yang rahmatan lil alamin mengajarkan hal demikian yang sama sekali tidak mencerminkan agama islam.
Baca Juga: Khutbah Jumat Umum Cara Menghadapi Ujian
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
demikianlah khutbah yang dapat kami sampaikan, semoga Allah memperbaiki urusan urusan pemimpin kita dimuka bumi ini, semoga kita semua selalu dalam bimbingan Allah dan selalu mendapat petunjuk dari Allah Swt, serta semoga kita semua selalu mendapat ampunan dari Allah Swt. Amin ya rabbal alamin.
اَعُوْذُ بِا اللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ يَا أَيًّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَقُوْلُوا قَوْلًا سَدِيْدًا, يُصْلِحُ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ. وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْأَنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, اَقُوْلُ قَوْلِي وَأَسْتَغْفِرُ اللهُ لِي وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.