Pengertian Hadits Mudltharrib Dan Contohnya
Minggu, 28 Juni 2020
Edit
Pengertian Hadits Mudltharrib Dan Contohnya
Hadits Mudltharrib adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi dengan beberapa jalan yang berbeda beda, yang tidak mungkin dapat dikumpulkan atau ditarjihkan. Pengetian hadits mudltharrib tersebut disebutkan dalam kitab musthalahul hadits sebagaimana berikut ini:
هُوَ مَا وَقَعَتِ الْمُخَالَفَةُ فِيْهِ بِالْاِبْدَالِ عَلَى وَجْهٍ يَحْصُلُ فِيْهِ التَّدَافُعُ مَعَ عَدَمِ تَصَوُّرِ الْمُرَجَّحِ.
Hadits yang mukhalafahnya (menyalahi dengan hadits lain) terjadi dengan pergantian pada satu segi, yang saling dapat bertahan, dengan tidak ada yang dapat di tarjihnkan.
Sebagaimana idraj, ada yang terjadi pada sanad dan ada yang pada matan, demikian juga idtharab ini, adakalanya terjadi pada sanad dan adakalanya pada matan.
Contoh hadits mudltharrib pada matan, seperti hadits:
عَنْ اَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: اِنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم وَاَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ فَكَانُوْا يَفْتَتِحُوْنَ الْقِرَاءَةَ بِاالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Dari Anas ra mengabarkan bahwa Rasulallah Saw, Abu Bakar dan ‘Umar ra konon sama memulai bacaan shalat dengan bacaan Al-hamdulillahi rabbil alamin.
Menurut Al-Hafidz Ibnu ‘Abdil Barr, bahwa hadits basmalah tersebut banyak, dengan lafadz yang berbeda beda dan saling dapat bertahan, yakni tidak dapat ditarjihkan maupun dikompromikan.
Antara lain hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, An-Nasaiy, Ibnu Khuzaimah yang juga bersumber kepada Anas ra, dengan rangkaian kalimat:
فَكَانُوْ الَايَجْهَرُوْنَ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ.
Mereka sama tidak mengeraskan bacaan Bismillahir rahmanir rahimi.
Disamping itu ada juga beberapa rawi yang meriwayatkan, bahwa para sahabat sama membaca basmalah dengan keras, ujarnya:
فَكَانُوْ ايَجْهَرُوْنَ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ.
Mereka sama mengeraskan bacaan Bismillahir rahmanir rahimi.
Dengan demikian, hadits tersebut adalah hadits mudltharrib, tidak dapat dibuat hujjah oleh siapapun.
Menurut pengarang An-Nuzhatu An-Nadhar (syarah Mukhbatul Fikar), bahwa idlthirrab pada matan itu, sedikit sekali terjadi tanpa adanya idlthirrab pada sanad. Sebagian ulama lain berpendapat, bahwa para ahli hadits pada umumnya tidak menamainya suatu hadits dengan mudltharrib kalau idlthirrab tidak terjadi pada sanad. Andaikata idlthirrab itu terjadi pada matan, itu menjadi tugas para mujtahidin untuk membicarakannya, bukan tugas para muhadditsin. Sebab tugas para muhaditsin itu, terbatas pada sanad belaka.
Contoh hadits mudltharrib pada sanad, ialah hadits Abu Bakar ra yang menanyakan kepada Rasulalah saw apa yang menyebabkan beliau berubah, katanya:
يَارَسُوْلَ اللهِ أَرَاكَ شِبْتَ؟ قَالَ: شَيَّبَتْنِى هُوْدٌ وَأَخَوَاتُهَا.
Ya Rasulallah, aku perhatikan engkau telah berubah! Jawab Rasulallah saw: (yang) telah menyebabkan aku berubah ialah surat hud dan saudara saudaranya (surat Al-Waqi’ah, Al-Haqqan, At-Taqwir dan Al-Ma’arif).
Menurut Ad-daraquthny bahwa hadits tersebut adalah mudltharrib sebab hadits itu hanya melalui jalan (sanad) dari Ibnu Ishaq, dan dari jalan itu juga banyak terdapat perbedaan sampai kurang lebih sepuluh macam perbedaan. Antara lain hadits itu diriwayatkan dengan mursal, sementara ada yang meriwayatkannya dengan muttasil.
Juga para ulama, ada yang mempertengkarkan sanadnya, sebagian mengatakan, bahwa hadits itu bersumber dari ‘Ikrimah dan Abu Bakar, sebagian mengatakan dari Ibnu Juhaifah dari Abu Bakar, sebagian mendakwakan dari Al-Barra’ dari Abu Bakar, sebagian lagi mengatakan dari Abu Maisarah dari Abu Bakar, dan ada pula yang meriwayatkan dari ‘Aqamah dari Abu Bakar. Rawi rawi itu menurut Ibnu Hajar adalah orang yang tsiqah yang tidak mungkin ditarjihkan salah satunya.
Hadits mudltharrib itu ditetapkan dla’if berdasarkan kepada galibnya dan kebanyakannya, seperti contoh hadits mudltharrib yang kami paparkan tadi. Oleh karena itu, tidak mustahil ada hadits mudltharrib yang shahih atau hasan. Seperti yang terdapat pada hadits shahihain. Hadits shahihun (hasanun) Mudltharribun ini terjadi umumnya dalam perselisihan tentang soal nama rawi, sedang sifat orangnya tetap tsiqah.
Hadits Mudltharrib adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi dengan beberapa jalan yang berbeda beda, yang tidak mungkin dapat dikumpulkan atau ditarjihkan. Pengetian hadits mudltharrib tersebut disebutkan dalam kitab musthalahul hadits sebagaimana berikut ini:
هُوَ مَا وَقَعَتِ الْمُخَالَفَةُ فِيْهِ بِالْاِبْدَالِ عَلَى وَجْهٍ يَحْصُلُ فِيْهِ التَّدَافُعُ مَعَ عَدَمِ تَصَوُّرِ الْمُرَجَّحِ.
Hadits yang mukhalafahnya (menyalahi dengan hadits lain) terjadi dengan pergantian pada satu segi, yang saling dapat bertahan, dengan tidak ada yang dapat di tarjihnkan.
Sebagaimana idraj, ada yang terjadi pada sanad dan ada yang pada matan, demikian juga idtharab ini, adakalanya terjadi pada sanad dan adakalanya pada matan.
Contoh hadits mudltharrib pada matan, seperti hadits:
عَنْ اَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: اِنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم وَاَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ فَكَانُوْا يَفْتَتِحُوْنَ الْقِرَاءَةَ بِاالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Dari Anas ra mengabarkan bahwa Rasulallah Saw, Abu Bakar dan ‘Umar ra konon sama memulai bacaan shalat dengan bacaan Al-hamdulillahi rabbil alamin.
Menurut Al-Hafidz Ibnu ‘Abdil Barr, bahwa hadits basmalah tersebut banyak, dengan lafadz yang berbeda beda dan saling dapat bertahan, yakni tidak dapat ditarjihkan maupun dikompromikan.
Antara lain hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, An-Nasaiy, Ibnu Khuzaimah yang juga bersumber kepada Anas ra, dengan rangkaian kalimat:
فَكَانُوْ الَايَجْهَرُوْنَ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ.
Mereka sama tidak mengeraskan bacaan Bismillahir rahmanir rahimi.
Disamping itu ada juga beberapa rawi yang meriwayatkan, bahwa para sahabat sama membaca basmalah dengan keras, ujarnya:
فَكَانُوْ ايَجْهَرُوْنَ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ.
Mereka sama mengeraskan bacaan Bismillahir rahmanir rahimi.
Dengan demikian, hadits tersebut adalah hadits mudltharrib, tidak dapat dibuat hujjah oleh siapapun.
Menurut pengarang An-Nuzhatu An-Nadhar (syarah Mukhbatul Fikar), bahwa idlthirrab pada matan itu, sedikit sekali terjadi tanpa adanya idlthirrab pada sanad. Sebagian ulama lain berpendapat, bahwa para ahli hadits pada umumnya tidak menamainya suatu hadits dengan mudltharrib kalau idlthirrab tidak terjadi pada sanad. Andaikata idlthirrab itu terjadi pada matan, itu menjadi tugas para mujtahidin untuk membicarakannya, bukan tugas para muhadditsin. Sebab tugas para muhaditsin itu, terbatas pada sanad belaka.
Contoh hadits mudltharrib pada sanad, ialah hadits Abu Bakar ra yang menanyakan kepada Rasulalah saw apa yang menyebabkan beliau berubah, katanya:
يَارَسُوْلَ اللهِ أَرَاكَ شِبْتَ؟ قَالَ: شَيَّبَتْنِى هُوْدٌ وَأَخَوَاتُهَا.
Ya Rasulallah, aku perhatikan engkau telah berubah! Jawab Rasulallah saw: (yang) telah menyebabkan aku berubah ialah surat hud dan saudara saudaranya (surat Al-Waqi’ah, Al-Haqqan, At-Taqwir dan Al-Ma’arif).
Menurut Ad-daraquthny bahwa hadits tersebut adalah mudltharrib sebab hadits itu hanya melalui jalan (sanad) dari Ibnu Ishaq, dan dari jalan itu juga banyak terdapat perbedaan sampai kurang lebih sepuluh macam perbedaan. Antara lain hadits itu diriwayatkan dengan mursal, sementara ada yang meriwayatkannya dengan muttasil.

Juga para ulama, ada yang mempertengkarkan sanadnya, sebagian mengatakan, bahwa hadits itu bersumber dari ‘Ikrimah dan Abu Bakar, sebagian mengatakan dari Ibnu Juhaifah dari Abu Bakar, sebagian mendakwakan dari Al-Barra’ dari Abu Bakar, sebagian lagi mengatakan dari Abu Maisarah dari Abu Bakar, dan ada pula yang meriwayatkan dari ‘Aqamah dari Abu Bakar. Rawi rawi itu menurut Ibnu Hajar adalah orang yang tsiqah yang tidak mungkin ditarjihkan salah satunya.
Hadits mudltharrib itu ditetapkan dla’if berdasarkan kepada galibnya dan kebanyakannya, seperti contoh hadits mudltharrib yang kami paparkan tadi. Oleh karena itu, tidak mustahil ada hadits mudltharrib yang shahih atau hasan. Seperti yang terdapat pada hadits shahihain. Hadits shahihun (hasanun) Mudltharribun ini terjadi umumnya dalam perselisihan tentang soal nama rawi, sedang sifat orangnya tetap tsiqah.