Al-Hikam 07 | Menjaga Keikhlasan Dalam Setiap Amal Perbuatan
Minggu, 17 Mei 2020
Edit
Al-Hikam 07 | Menjaga Keikhlasan Dalam Setiap Amal Perbuatan
اِدْفِنْ وُجُوْدَكَ فِي أَرْضِ الْخُمُوْلِ فَمَا نَبَتَ مِمَّالَمْ يُدْفَنْ لَا يُتِمَّ نَتَاجُهُ.
Tanamlah dirimu di dalam bumi yang sepi, maka setiap sesuatu yang tumbuh dengan tanpa ditanam, pasti tidak akan sempurna hasil buahnya. (AL-Hikam).
Keikhlasan itu dituntut di dalam setiap amal perbuatan. Jangan sampai setiap amal yang dikerjakan dicampuri dengan maksud maksud lain. Padahal sebagian besar manusia itu senang kemasyhuran, pangkat dan kedudukan. Tidak ada yang lebih berbahaya bagi seseorang dalam beramal kecuali keinginan menjadi orang masyhur dan terkenal dikalangan masyarakat. Amal yang disertai dengan keinginan seperti itu tidaklah murni, karena amalnya tidak benar benar bertujuan kepada Allah.
Untuk itu orang dianjurkan untuk merendahkan diri. Dimisalkan seperti tanaman. Tanaman yang tumbuh dimana bijinya pada mulanya tidak ditanam, maka tumbuhnya tidak sempurna. Bisa jadi menjadi layu, daunnya menguning, sehingga tak dapat diambil mandaatnya. Demikian juga manusia bila beramal sesuatu dengan disertai keinginan manjadi mayshur. Maka amalnya sia sia karena tidak disertai dengan keikhlasan. Agar supaya orang terhindar dari keinginan menjadi tersohor, hendaklah ia merendahkan diri. Dalam hal ini oleh Syaikh Ahmad Bin Athaillah disarankan dengan perintah: “Tanamlah dirimu di dalam bumi yang sepi”. Maksudnya agar orang itu tidak terus menerus mencari kemasyhuran.
Rasulallah Saw bersabda
مَنْ تَوَاضَعَ رَفَعَهُ اللهُ وَمَنْ تَكَبَّرَ وَضَعَهُ اللهُ
.
Barang siapa merendahkan diri, niscaya Allah memuliakannya, dan barang siapa berlaku sombong, pasti Allah merendahkannya.
Ibrahim bin Adam berkata:
مَا صَدَقَ اللهُ مَنْ اَحَبَّ الشُّهْرَةَ.
Tidaklah benar bertujuan kepada Allah, orang yang senang kemasyhuran
.
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal ra, sesungguhnya Rasulallah Saw telah bersabda:
اِنَّ يَسِيْرًا مِنَ الرِّيَاءِ شِرْكٌ وَاِنَّ مَنْ عَادَى اَوْلِيَاءَ اللهِ فَقَدْ بَارَزَ اللهَ بِالْمُحَارَبَةِ وَاِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْاَتْقِيَاءَ الْاَخْفِيَاءَ الَّذِيْنَ اِذَا غَابُوْا لَمْ يَفْتَعِدُوا وَاِذَا حَضَرُو لَمْ يُدْعَوْا وَلَمْ يُعْرَفُوْا قُلُوبُهُمْ مَصَابِيْحُ الْهُدَى.
Sesungguhnya sedikit dari riya’ itu adalah syirik, dan sesungguhnya orang yang memusuhi kekasih Allah, pastilah dia telah melawan Allah dengan peperangan. Sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang taqwa yang menyembunyikan diri (tidak dikenal) yaitu orang orang yang kalau pergi (tidak hadir) mereka tidak dicari dan kalau mereka hadir tidak dipanggil dan tidak dikenal. Hati mereka bagaikan pelita yang memberi petunjuk.
Demikian, maka untuk menyelamatkan keikhlasan dalam setiap amal haruslah menghindarkan diri dari keinginan untuk dikenal dan kemasyhuran. Sedang bagi orang yang menempuh jalan Thariqah setelah terkenal di kalangan masyarakat, wajiblah ia merendahkan diri dan tidak memandang dirinya sebagai orang yang mempunyai kedudukan.
اِدْفِنْ وُجُوْدَكَ فِي أَرْضِ الْخُمُوْلِ فَمَا نَبَتَ مِمَّالَمْ يُدْفَنْ لَا يُتِمَّ نَتَاجُهُ.
Tanamlah dirimu di dalam bumi yang sepi, maka setiap sesuatu yang tumbuh dengan tanpa ditanam, pasti tidak akan sempurna hasil buahnya. (AL-Hikam).
Keikhlasan itu dituntut di dalam setiap amal perbuatan. Jangan sampai setiap amal yang dikerjakan dicampuri dengan maksud maksud lain. Padahal sebagian besar manusia itu senang kemasyhuran, pangkat dan kedudukan. Tidak ada yang lebih berbahaya bagi seseorang dalam beramal kecuali keinginan menjadi orang masyhur dan terkenal dikalangan masyarakat. Amal yang disertai dengan keinginan seperti itu tidaklah murni, karena amalnya tidak benar benar bertujuan kepada Allah.
Untuk itu orang dianjurkan untuk merendahkan diri. Dimisalkan seperti tanaman. Tanaman yang tumbuh dimana bijinya pada mulanya tidak ditanam, maka tumbuhnya tidak sempurna. Bisa jadi menjadi layu, daunnya menguning, sehingga tak dapat diambil mandaatnya. Demikian juga manusia bila beramal sesuatu dengan disertai keinginan manjadi mayshur. Maka amalnya sia sia karena tidak disertai dengan keikhlasan. Agar supaya orang terhindar dari keinginan menjadi tersohor, hendaklah ia merendahkan diri. Dalam hal ini oleh Syaikh Ahmad Bin Athaillah disarankan dengan perintah: “Tanamlah dirimu di dalam bumi yang sepi”. Maksudnya agar orang itu tidak terus menerus mencari kemasyhuran.
Rasulallah Saw bersabda
مَنْ تَوَاضَعَ رَفَعَهُ اللهُ وَمَنْ تَكَبَّرَ وَضَعَهُ اللهُ
.
Barang siapa merendahkan diri, niscaya Allah memuliakannya, dan barang siapa berlaku sombong, pasti Allah merendahkannya.
Ibrahim bin Adam berkata:
مَا صَدَقَ اللهُ مَنْ اَحَبَّ الشُّهْرَةَ.
Tidaklah benar bertujuan kepada Allah, orang yang senang kemasyhuran
.
Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal ra, sesungguhnya Rasulallah Saw telah bersabda:
اِنَّ يَسِيْرًا مِنَ الرِّيَاءِ شِرْكٌ وَاِنَّ مَنْ عَادَى اَوْلِيَاءَ اللهِ فَقَدْ بَارَزَ اللهَ بِالْمُحَارَبَةِ وَاِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْاَتْقِيَاءَ الْاَخْفِيَاءَ الَّذِيْنَ اِذَا غَابُوْا لَمْ يَفْتَعِدُوا وَاِذَا حَضَرُو لَمْ يُدْعَوْا وَلَمْ يُعْرَفُوْا قُلُوبُهُمْ مَصَابِيْحُ الْهُدَى.
Sesungguhnya sedikit dari riya’ itu adalah syirik, dan sesungguhnya orang yang memusuhi kekasih Allah, pastilah dia telah melawan Allah dengan peperangan. Sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang taqwa yang menyembunyikan diri (tidak dikenal) yaitu orang orang yang kalau pergi (tidak hadir) mereka tidak dicari dan kalau mereka hadir tidak dipanggil dan tidak dikenal. Hati mereka bagaikan pelita yang memberi petunjuk.

Demikian, maka untuk menyelamatkan keikhlasan dalam setiap amal haruslah menghindarkan diri dari keinginan untuk dikenal dan kemasyhuran. Sedang bagi orang yang menempuh jalan Thariqah setelah terkenal di kalangan masyarakat, wajiblah ia merendahkan diri dan tidak memandang dirinya sebagai orang yang mempunyai kedudukan.