Al-Hikam 05 | Ma’rifat Kepada Allah Adalah Puncak Kesabaran Nikmat
Minggu, 03 Mei 2020
Edit
Al-Hikam 05 | Ma’rifat Kepada Allah Adalah Puncak Kesabaran Nikmat
اِذَا فَتَحَ لَكَ وِجْهَةٌ مِنَ التَّعَرُّفِ فَلَا تُبَالِ مَعَهَا اِنْ قَلَّ عَمَلُكَ فَاِنَّهُ مَا فَتَحَهَا لَكَ اِلَّا وَهُوَ يُرِيْدُ أَنْ يَتَعَرَّفَ اِلَيْكَ اَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ التَّعَرُّفَ هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ وَالْأَعْمَالُ أَنْتَ مُهْدِيْهَا اِلَيْهِ وَأَيْنَ مَا تَهْدِيْدِ اِلَيْهِ مِمَّا هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ.
Apabila telah dibuka bagimu jalan ma’rifat kepada Allah, maka dengan kema’rifatanmu itu jangan kamu perdulikan amalmu yang sedikit. Maka sesungguhnya Allah tidak akan membuka jalan kema’rifatan untukmu kecuali Dia menghendaki pengenalan kepadamu. Tidaklah kamu mengerti bahwa ma’rifat itu anugerah Allah kepadamu sedang semua amal perbuatanmu merupakan hadiah kepada-Nya. Sekarang dimanakah letak perbandingannya antara yang kamu hadiahkan kepada-Nya dengan apa yang telah diberikan Allah kepadamu. (Al-Hikam).
Ma’rifat kepada Allah adalah mengenal kepada-Nya dengan penglihatan hati. Ma’rifat ini merupakan puncak dari semua yang dituntut dan yang diangan angan oleh seseorang. Apabila Allah telah mengarahkan hamba-Nya dengan sebagian sebab sebab orang menjadi ma’rifat lalu keduanya dibukakan pintu kema’rifatan sehingga dia dapa menemukan ketenangan, maka hal itu merupakan nikmat yang besar.
Apabila Allah telah membukakan jalan untuk ma’rifat kepada-Nya, maka janganlah diperdulikan amalmu yang sedikit itu, sebab ma’rifat itu merupakan anugerah Allah yang tidak tergantung kepada banyak sedikitnya amal kebajikan. Karena sesungguhnya maksud orang memperbanyak amal kebajikan adalah agar dia dapat dekat dengan Allah. Dengan dibukanya pintu ma’rifat oleh Allah baginya meskipun amal kebajikannya tak seberapa marupakan petunjuk bahwa anugerah Allah berupa ma’rifat tidak membutuhkan banyaknya amal kebajikan. Sebagaimana disebutkan bahwa amal kebajikan manusia ini merupakan hadiah yang diberikan kepada Allah. Sedang hadiah dari manusia ini walaupun banyak, bagi Allah bukan apa apa dibanding dengan anugera-Nya yang begitu besar.
Oleh sebab itu sedikit amal dengan disertai ma’rifat kepada Allah itu lebih baik dibanding dengan banyak amal yang tidak disertai dengan ma’rifat kepada-Nya. Dapat dimisalkan seperti orang sakit, maka orang yang sakit ini tentu berkurang ibdahnya. Tetapi karena sakit yang di deritanya ini merupakan salah satu pintu kema’rifatan , maka jangan merasa banyaknya amal ibadah yang di tinggalkan disebabkan karena sakitnya. Padahal bahkan sebaliknya, bahwa dengan sakitnya itu dia merasa dekat dengan Allah, mengenyampingkan masalah duniawi, dan mencintai akhirat, rela mati dengan menyerahkan diri kepada Allah sepenuhnya, mengerti bahwa Allah bisa berbuat menurut kehendak-Nya dan menyadari bahwa dirinuya itu hina serta lemah.
Ada diriwayatkan bahwa Allah telah menurunkan bencana sebagai unian kepada salah satu seorang hamba-Nya. Kemudian dia selalu berdoa, namun Allah selalu menunda permohonannya itu sehingga akhirnya dia mengeluh. Allah lalu berfirman kepadanya.
“hambaku, bagaimana Aku akan melepaskan rahmat dari padamu, dimana bencana yang menimpamu itu justru mengandung rahmat-Ku, sebab dengan bencana itulah kamu dapat mencapai kedudukan dan tingkat yang tinggi disisi-Ku.
Didalam hadist yang bersumber dari Abu Hurairah Ra, dia berkata bahwasanya Rasulallah Saw telah bersabda mengenai firman Allah:
اِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِى الْمُؤْمِنَ فَلَمْ يَشْكُنَّى اِلَى عَوَادِهِ اَنْشَطْتُهُ مِنْ عِقَالِى وَبَدَلْتُهُ لَحْمًا خَيْرًا مِنْ لَحْمِهِ وَدَمًا خَيْرًا مِنْ دَمِهِ وَيَسْتَأْنِفُ الْعَمَلَ.
Apabila Aku menguji hamba-Ku yang beriman, kemudian dia tidak mengeluhkan Aku kepada pengunjung pengunjungnya, maka Aku lepaskan dia dari ikatan-Ku dan Aku gantikan kepadanya daging dan darah yang lebih baik daripada daging dan darahnya. Kemudian dia dapat memulai amalnya kembali.
Maka teranglah bahwa pintu ma’rifat itu bermacam maca, dimana tidak tergantung dengan banyaknya amal. Kadang kadang dengan sakit dimana si penederita tidak mengeluh bisa menjadi pintu ma’rifat baginya.
اِذَا فَتَحَ لَكَ وِجْهَةٌ مِنَ التَّعَرُّفِ فَلَا تُبَالِ مَعَهَا اِنْ قَلَّ عَمَلُكَ فَاِنَّهُ مَا فَتَحَهَا لَكَ اِلَّا وَهُوَ يُرِيْدُ أَنْ يَتَعَرَّفَ اِلَيْكَ اَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ التَّعَرُّفَ هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ وَالْأَعْمَالُ أَنْتَ مُهْدِيْهَا اِلَيْهِ وَأَيْنَ مَا تَهْدِيْدِ اِلَيْهِ مِمَّا هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ.
Apabila telah dibuka bagimu jalan ma’rifat kepada Allah, maka dengan kema’rifatanmu itu jangan kamu perdulikan amalmu yang sedikit. Maka sesungguhnya Allah tidak akan membuka jalan kema’rifatan untukmu kecuali Dia menghendaki pengenalan kepadamu. Tidaklah kamu mengerti bahwa ma’rifat itu anugerah Allah kepadamu sedang semua amal perbuatanmu merupakan hadiah kepada-Nya. Sekarang dimanakah letak perbandingannya antara yang kamu hadiahkan kepada-Nya dengan apa yang telah diberikan Allah kepadamu. (Al-Hikam).
Ma’rifat kepada Allah adalah mengenal kepada-Nya dengan penglihatan hati. Ma’rifat ini merupakan puncak dari semua yang dituntut dan yang diangan angan oleh seseorang. Apabila Allah telah mengarahkan hamba-Nya dengan sebagian sebab sebab orang menjadi ma’rifat lalu keduanya dibukakan pintu kema’rifatan sehingga dia dapa menemukan ketenangan, maka hal itu merupakan nikmat yang besar.
Apabila Allah telah membukakan jalan untuk ma’rifat kepada-Nya, maka janganlah diperdulikan amalmu yang sedikit itu, sebab ma’rifat itu merupakan anugerah Allah yang tidak tergantung kepada banyak sedikitnya amal kebajikan. Karena sesungguhnya maksud orang memperbanyak amal kebajikan adalah agar dia dapat dekat dengan Allah. Dengan dibukanya pintu ma’rifat oleh Allah baginya meskipun amal kebajikannya tak seberapa marupakan petunjuk bahwa anugerah Allah berupa ma’rifat tidak membutuhkan banyaknya amal kebajikan. Sebagaimana disebutkan bahwa amal kebajikan manusia ini merupakan hadiah yang diberikan kepada Allah. Sedang hadiah dari manusia ini walaupun banyak, bagi Allah bukan apa apa dibanding dengan anugera-Nya yang begitu besar.
Oleh sebab itu sedikit amal dengan disertai ma’rifat kepada Allah itu lebih baik dibanding dengan banyak amal yang tidak disertai dengan ma’rifat kepada-Nya. Dapat dimisalkan seperti orang sakit, maka orang yang sakit ini tentu berkurang ibdahnya. Tetapi karena sakit yang di deritanya ini merupakan salah satu pintu kema’rifatan , maka jangan merasa banyaknya amal ibadah yang di tinggalkan disebabkan karena sakitnya. Padahal bahkan sebaliknya, bahwa dengan sakitnya itu dia merasa dekat dengan Allah, mengenyampingkan masalah duniawi, dan mencintai akhirat, rela mati dengan menyerahkan diri kepada Allah sepenuhnya, mengerti bahwa Allah bisa berbuat menurut kehendak-Nya dan menyadari bahwa dirinuya itu hina serta lemah.
Ada diriwayatkan bahwa Allah telah menurunkan bencana sebagai unian kepada salah satu seorang hamba-Nya. Kemudian dia selalu berdoa, namun Allah selalu menunda permohonannya itu sehingga akhirnya dia mengeluh. Allah lalu berfirman kepadanya.
“hambaku, bagaimana Aku akan melepaskan rahmat dari padamu, dimana bencana yang menimpamu itu justru mengandung rahmat-Ku, sebab dengan bencana itulah kamu dapat mencapai kedudukan dan tingkat yang tinggi disisi-Ku.
Didalam hadist yang bersumber dari Abu Hurairah Ra, dia berkata bahwasanya Rasulallah Saw telah bersabda mengenai firman Allah:
اِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِى الْمُؤْمِنَ فَلَمْ يَشْكُنَّى اِلَى عَوَادِهِ اَنْشَطْتُهُ مِنْ عِقَالِى وَبَدَلْتُهُ لَحْمًا خَيْرًا مِنْ لَحْمِهِ وَدَمًا خَيْرًا مِنْ دَمِهِ وَيَسْتَأْنِفُ الْعَمَلَ.
Apabila Aku menguji hamba-Ku yang beriman, kemudian dia tidak mengeluhkan Aku kepada pengunjung pengunjungnya, maka Aku lepaskan dia dari ikatan-Ku dan Aku gantikan kepadanya daging dan darah yang lebih baik daripada daging dan darahnya. Kemudian dia dapat memulai amalnya kembali.

Maka teranglah bahwa pintu ma’rifat itu bermacam maca, dimana tidak tergantung dengan banyaknya amal. Kadang kadang dengan sakit dimana si penederita tidak mengeluh bisa menjadi pintu ma’rifat baginya.