Al-Hikam 04 | Jangan Putus Asa Dalam Berdoa

Al-Hikam 04 | Jangan Putus Asa Dalam Berdoa

لَا يَكُنْ تَأَخُّرُ اَمَدِ الْعَطَاءِ مَعَ الْاِلْحَاحِ فِي الدُّعَاءِ مُوْجِبًا لِيَأْسِكَ فَهُوَ ضَمِنَ لَكَ الْاِجَابَةَ فِيْمَا يَحْتَارُهُ لَكَ لَا فِيْمَا تَحْتَارُ لِنَفْسِكَ وَفِي الْوَقْتِ الَّذِيْ يُرِيْدُ لَا فِي الْوَقْتِ الَّذِيْ تُرِيْدُ.

Janganlah ada (dengan ada) kelambatan masa pemberian Allah dimana kamu telah bersungguh sungguh dalam berdoa itu menyebabkan putus asamu. Maka Allah itu telah menanggung kepadamu akan menerima semua doa di dalam apa yang Allah telah memilihkan untukmu, tidak di dalam apa yang kamu telah memilih untuk dirimu, dan di dalam waktu yang Dia kehendaki tidak di dalam waktu yang kamu kehendaki. (Al-Hikam).

Setiap orang dianjurkan untuk berdoa, tetapi tidak semua doa itu terus langsung dikabulkan. Ada yang cepat di kabulkan dan ada pula yang lembat. Kelambatan penerimaan doa oleh Allah sehingga Allah tidak cepat memberi apa yang diminta di dalam doanya, janganlah membuat putus asa. Sebab Allah itu Maha Mengetahui apa yang lebih baik bagi hamba-Nya. Sehingga tidak mungkin Allah tidak mengabulkan doa seseorang. Hanya saja diterimanya doa itu menurut kehendak Allah, bukan menurut kehendak orang yang berdoa. Begitu pula waktunya menurut kehendak Allah tidak menurut kehendak orang yang berdoa. Firman Allah

اُدْعُوْنِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ.

Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. (QS. Al-Mukmin: 60).

Berdasarkan ayat itu, maka Allah pasti mengabulkan semua permintaan hamba-Nya. Hanya saja cara mengabulkannya sesuai dengan yang dipilihkan Allah, tidak menurut selera orang yang berdoa. Karena manusia tidak bisa mengetahui manfaat atau mudharat sesuatu barang yang diminta. Oleh sebab itu terkadang ada orang minta agar diberi jalan rizqi yang lancar atau diberi anak. Permintaan seperti itu didasarkan atas perkiraan bahwa rizqi yang lancar atau mempunyai anak itu akan memberi manfaat dalam hidupnya. Akan tetapi Allah mtidak memberi jalan rizqi yang lancar atau anak yang dimintanya. Sebab Allah lebih tahu bahwa apa yang diminta itu kalau dikabulkan akan memberi mudharat baginya.

Cobalah perhatikan firman Allah berikut ini:

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوْا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا  تَعْلَمُوْنَ.

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahu, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 216).

Jadi kalau Allah kadang-kadang tidak mengabulkan permintaan salah seorang hamba-Nya itu bukan berarti menolak, akan tetapi yang demikian itu disebut memberi atau mengtabulkan. Sebab pada hakikatnya setiap permintaan itu pasti dimaksudkan untuk memperoleh kenikmatan. Kalau ada permintaan yang ditolak sebab kalau dikabulkan akan menimbulkan mudharat, maka penolakan itu pada hakikatnya adalah memberi. Sebagaimana suami isteri yang mendambakan seorang anak. Sudah sekian lama berdoa, memohon kepada Allah agar dikaruniai anak. Akan tetapi sudah sekian lama pula Allah belum berkenan menganugerhai seorang anakpun. Maka bagi suami isteri ini tidak boleh putus asa atau buruk sangka bahwa Allah tidak mengabulkan permohonannya. Kemungkinan juga Allah tidak lekas atau sama sekali tidak mengabulkan doanya itu karena Dia mengetahui bahwa jika doanya dikabulkan akan menimbulkan kemaksiatan atau mudharat baginya. Dengan demikian penolakan Allah seperti itu pada hakikatnya sudah berarti memberi atau doanya telah dikabulkan.

Rasulallah Saw telah bersabda:

مَامِنْ دَاعٍ يَدْعُوْا اِلَّا اسْتَجَابَ اللهُ دَعْوَتَهُ أَوْ صَرَفَ عَنْهُ مِثْلَهَا سُوْأً اَوْ حَطَّ مِنْ ذُنُوْبِهِ بِقَدْرِهَا مَالَمْ يَدْعُ بِاِثْمٍ اَوْ قَطِيْعَةِ رَحِمٍ.

Tidak seorangpun yang bedoa melainkan Allah pasti mengabulkan doanya atau dihindarkan bahaya dari padanya, atau diampunkan sebagai dosanya selama dia tidak berdoa untuk sesuatu yang dosa atau untuk memutuskan hubungan famili.

Pada suatu hari ada orang datang menengok Abu Abbas Al-Mursi yang sedang sakit, seraya mendoakan agar beliau diberi kesejarhteraan oleh Allah. Tetapi kemudian Abu Abbas Al-Mursi itu menjawab: “Adakah kamu kira saya tidak minta kesejahteraan kepada Allah? Sungguh saya telah minta kesejahteraan kepada-Nya. Dan penederitaanku inipun termasuk kesejahteraan pula. Rasulallah Saw juga minta kesejahteraan kepada Allah, akan tetapi bekas makanan Khaibar itu selalu terasa oleh beliau seakan akan memutuskan urat jantungnya. Yang dialami oleh beliau itu juga termasuk kesejahteraan dari Allah. Sayyidina Abu Bakar juga memohon kesejahteraan kepada Allah, dan beliau mati terkena racun. Umar Bin Khattab juga memohon kesejahteraan, beliau mati terbunuh. Ustman Bin Affan juga minta kesejahteraan, beliau juga mati terbunuh. Ali bin Abi Thalib pun minta kesejahteraan kepada Allah, beliau mati terbunuh.

Oleh sebab itu, bila seorang minta kesejahteraan kepada Allah, mintalah kesejahteraan menurut yang dikehendaki Allah. Karena yang demikian itulah yang paling baik bagi seseorang, walaupun keadaannya tidak cocok dengan kehendak hawa nafsunya.

Selanjutnya Syaikh Ahmad bin Athaillah berkata:

لَا يُشَكِّكَنَّكَ فِي الْوَعْدِ عَدَمُ وَقُوْعِ الْمَوْعُوْدِ وَاِنْ تَعَيَّنَ زَمَنُهُ لِئَلَّا يَكُوْنَ ذَلِكَ قَدْحًا فِي بَصِيْرَتِكَ وَاِخْمَادًا لِنُوْرِ سَرِيْرَتِكَ.

Janganlah sampai meragukan kepadamu di dalam janji Allah sebab tidak datangnya barang yang di janjikan itu walaupun sudah nyata waktunya (datangnya barang yang di janjikan pada waktu tertentu) agar supaya keragu raguan itu tidak mencemari penglihatan hatimu dan tidak meredupkan cahaya hati nuranimu. (Al-hikam).

Al-Hikam 04 | Jangan Putus Asa Dalam Berdoa


Allah tidak akan mengingkari janji, maka barang siapa yang telah diberi janji sesuatu oleh Allah meskipun telah nyata waktunya namun kemudian apa yang di janjikan itu belum juga datang, maka hal itu janganlah menjadikan keraguan di dalam kebenaran janji Allah. Sebab bisa juga datangnya janji itu tergantung dengan sebab dan sarat yang telah di pilihkan Allah.

Maka seyogyanya bagi setiap orang janganlah putus asa dalam berdoa. Janji Allah untuk mengabulkan doa hamba-Nya pasti datang, hanya saja datangnya janji itu tidak harus seketika. Demikian adab orang berdoa, dimanapun, pada suatu saat doa itu pasti terkabul.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel