Dalil Tawasul
Rabu, 01 April 2020
Edit
Dalil Tawasul
Dalil Tawasul Dengan Amal Kebaikan.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَابْتَغُوْا اِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ. (المائدة: 35).
Hai orang orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya. (QS. Al-Maidah 35).
وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ اِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى اُحِبَّهُ فَاِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ وَيَدِهِ الَّتِي يَبْطِشُ يِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَاِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيْذَنَّهُ. (رواه البخاري – قدسي).
Dan tak henti-hentinya hambaku mendekatkan diri kepadaku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya, dan menakala Aku telah mencintainya maka Aku menjadi (penjaga) telinganya yang ia gunakan mendengar, menjadi (penjaga) matanya yang ia gunakan melihat, menjadi (penjaga) tangannya yang ia gunakan menampar, menjadi (penjaga) kakinya yang ia gunakan berjalan. Dan apabila ia meminta kepada-Ku pasti aku memberinya, dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku pasti Aku melindunginya. (HR. Al-Bukhari, hadist Qudsi).
Dalil Tawasul Dengan Seseorang (Dzat) Yang Shalih Saat Hidup Atau Setelah Mati.
وَلَوْ أَنَّهُمْ اِذْ ظَلَمُوْا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوْكَ فَاسْتَغْفَرُوْا اللهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُوْلُ لَوَجَدُوا اللهَ تَوَّابًا رَحِيْمًا. (النساء: 64).
Sesungguhnya mereka jika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampunan kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka tetntulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisa’ 64).
اللهُ الَّذِيْ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ حَيٌّ لَا يَمُوْتُ اغْفِرْ لِأُمِّيْ فَاطِمَةَ بِنْتِ أَسَدٍ وَلَقِّنْهَا حُجَّتَهَا وَوَسِّعْ عَلَيْهَا مَدْخَلَهَا بِحَقِّ نَبِيِّكَ وَالْأَنْبِيَاءِ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِي فَاِنَّكَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ.
Allah yang Maha Menghidupkan dan Mematikan, dan Dia Maha Hidup dan tidak mati, ampinilah ibuku, Fatimah binti Asad, tuntunlah ia pada hujjah-nya, luaskan kuburnya dengan kebenaran Nabi-Mu, dan para Nabi sebelumku, sesungguhnya Engkau Maha Pengasih dan Maha Penyayang. (HR. Ath-Thabrani).
اَللَّهُمَّ اِنِّي أَسْأَلُكَ بِحَقِّ السَّائِلِيْنَ عَلَيْكَ وَأَسْأَلُكَ بِحَقِّ مَمْشَايَ هَذَا فَاِنِّيْ لَمْ أَخْرُجْ أَشِرًا وَلَا بَطِرًا وَلَا رِيَاءً وَلَا سُمْعَةً وَخَرَجْتُ اتِّقَاءَ سُخْطِكَ وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِكَ فَأَسْأَلُكَ أَنْ تُعِيْذَنِي مِنَ النَّارِ وَأَنْ تَغْفِرَلِي ذُنُوْبِي اِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا أَنْتَ أَقْبَلَ اللهُ عَلَيْهِ بِوَجْهِهِ وَاسْتَغْفَرَ لَهُ سَبْعُوْنَ أَلْفِ مَلَكٍ. (رواه ابن ماجة).
Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu dengan lantaran kebenaran para pemohon, dan aku mohon kepada-Mu dengan lantaran kebenaran langkahku ini. Sesungguhnya aku tidak keluar karena bersuka cita ataupun tidak bersyukur, tidak supaya dilihat orang dan tidak karena supaya didengar orang. Aku keluar karena takut atas murka-Mu, dan mencari Ridla-Mu, maka aku mohon kepada-Mu agar menjagaku dari api neraka dan menghapus dosa dosaku, sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali hanya Engkau, maka Allah menerimanya dengan rahmat-Nya, serta 70.000 malaikat memintakan ampun untuknya. (HR. Ibnu Majah).
Dalil Tawasul Dengan Selain Nabi.
أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَانَ اِذَا قَحَطُوْ اسْتَسْقَى بِالْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبْ فَقَالَ اَللَّهُمَّ اِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ اِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِيْنَا وَاِنَّا نَتَوَسَّكُ اِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا قَالَ فَيُسْقَوْنَ. (رواه البخاري)
Sesungguhnya Umar bin Khaththab ra ketika mesyarakat dilanda kemarau beliau momohon hujan dengan perantara Abbas bin Abdul Muththalib, kemudian beliau berdoa, “Ya Allah sesungguhnya kami pernah menjadikan perantara kepada-Mu dengan Nabi kami, kemudian Engkau beri kami hujan, dan kini kami menjadikan perantara kepada-Mu dengan paman Nabi kami, maka berikanlah kami hujan”. Umar berkata, “kemudian merekapun diberi hujan”. (HR. Bukhari).
Dalil Tawasul Dengan Nabi Sebelum Lahir
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم لَمَّا اقْتَرَفَ اَدَمُ الْخَطِيْئَةَ قَالَ يَا رَبِّ أَسْأَلُكَ بِحَقِّ مُحَمَّدٍ لِمَا غَفَرْتَ لِي. فَقَالَ اللهُ يَا اَدَمُ وَكَيْفَ عَرَفْتَ مُحَمَّدًا وَلَمْ أَخْلُقْهُ؟ قَالَ يَا رَبِّ لِأَنَّكَ لَمَّا خَلَقْتَنِي بِيَدِكَ وَنَفَخْتَ فِيَّ مِنْ رُوْحِكَ رَفَعْتُ رَأْسِيْ فَرَأَيْتُ عَلَى قَوَائِمِ الْعَرْشِ مَكْتُوْبًا لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ فَعَلِمْتُ أَنَّكَ لَمْ تُضِفْ اِلَى اسْمِكَ اِلَّا أَحَبَّ الْخَلْقِ اِلَيْكَ فَقَالَ اللهُ صَدَقْتَ يَا اَدَمُ اِنَّهُ لَأَحَبُّ الْخَلْقِ اِلَيَّ ادْعُنِيْ بِحَقِّهِ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكَ وَلَوْلَا مُحَمَّدٌ مَا خَلَقْتُكَ. (رواه الحاكم).
Rasulallah Saw bersabda, “ketika Nabi Adam mengakui kesalahannya, beliau bertanya pada Tuhan, “Ya Tuhan, aku ingin bertanya, kenapa dengan perantara kebenaran Nabi Muhammad Engkau mengampuniku?, kemudian Allah bertanya, “Wahai Adam, bagaimana kamu bisa tahu Muhammad padahal Aku belum menciptakannya?, nabi adam menjawab “wahai Tuhanku, karena disaat Engkau menciptakanku dengan kuasa-Mu dan Engkau tiupkan ruh padaku, maka aku angkat kepalaku kemudian aku melihat di tiyang tiyang Arsy terdapat tulisan “Lailahaillallah Muhammadurrasulallah”, kemudian aku tahu bahwa Engkau tidak akan menyandarkan nama seseorang pada nama-Mu kecuali hamba yang paling Engkau cinta”, kemudian Allah menjawab “engkau benar wahai Adam, sesungguhnya dia adalah makhkuk yang Aku cintai, mintalah kepada-Ku, maka demi kebenaran ia, Aku akan mengampunimu dan jika saja tidak ada Muhammad, maka Aku tidak akan menciptamu. (HR. Al-Hakim).
Dalil Tawasul Dengan Amal Kebaikan.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَابْتَغُوْا اِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ. (المائدة: 35).
Hai orang orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya. (QS. Al-Maidah 35).
وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ اِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى اُحِبَّهُ فَاِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِيْ يُبْصِرُ بِهِ وَيَدِهِ الَّتِي يَبْطِشُ يِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَاِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيْذَنَّهُ. (رواه البخاري – قدسي).
Dan tak henti-hentinya hambaku mendekatkan diri kepadaku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya, dan menakala Aku telah mencintainya maka Aku menjadi (penjaga) telinganya yang ia gunakan mendengar, menjadi (penjaga) matanya yang ia gunakan melihat, menjadi (penjaga) tangannya yang ia gunakan menampar, menjadi (penjaga) kakinya yang ia gunakan berjalan. Dan apabila ia meminta kepada-Ku pasti aku memberinya, dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku pasti Aku melindunginya. (HR. Al-Bukhari, hadist Qudsi).
Dalil Tawasul Dengan Seseorang (Dzat) Yang Shalih Saat Hidup Atau Setelah Mati.
وَلَوْ أَنَّهُمْ اِذْ ظَلَمُوْا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوْكَ فَاسْتَغْفَرُوْا اللهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُوْلُ لَوَجَدُوا اللهَ تَوَّابًا رَحِيْمًا. (النساء: 64).
Sesungguhnya mereka jika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampunan kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka tetntulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisa’ 64).
اللهُ الَّذِيْ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ حَيٌّ لَا يَمُوْتُ اغْفِرْ لِأُمِّيْ فَاطِمَةَ بِنْتِ أَسَدٍ وَلَقِّنْهَا حُجَّتَهَا وَوَسِّعْ عَلَيْهَا مَدْخَلَهَا بِحَقِّ نَبِيِّكَ وَالْأَنْبِيَاءِ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِي فَاِنَّكَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ.
Allah yang Maha Menghidupkan dan Mematikan, dan Dia Maha Hidup dan tidak mati, ampinilah ibuku, Fatimah binti Asad, tuntunlah ia pada hujjah-nya, luaskan kuburnya dengan kebenaran Nabi-Mu, dan para Nabi sebelumku, sesungguhnya Engkau Maha Pengasih dan Maha Penyayang. (HR. Ath-Thabrani).
اَللَّهُمَّ اِنِّي أَسْأَلُكَ بِحَقِّ السَّائِلِيْنَ عَلَيْكَ وَأَسْأَلُكَ بِحَقِّ مَمْشَايَ هَذَا فَاِنِّيْ لَمْ أَخْرُجْ أَشِرًا وَلَا بَطِرًا وَلَا رِيَاءً وَلَا سُمْعَةً وَخَرَجْتُ اتِّقَاءَ سُخْطِكَ وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِكَ فَأَسْأَلُكَ أَنْ تُعِيْذَنِي مِنَ النَّارِ وَأَنْ تَغْفِرَلِي ذُنُوْبِي اِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا أَنْتَ أَقْبَلَ اللهُ عَلَيْهِ بِوَجْهِهِ وَاسْتَغْفَرَ لَهُ سَبْعُوْنَ أَلْفِ مَلَكٍ. (رواه ابن ماجة).
Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu dengan lantaran kebenaran para pemohon, dan aku mohon kepada-Mu dengan lantaran kebenaran langkahku ini. Sesungguhnya aku tidak keluar karena bersuka cita ataupun tidak bersyukur, tidak supaya dilihat orang dan tidak karena supaya didengar orang. Aku keluar karena takut atas murka-Mu, dan mencari Ridla-Mu, maka aku mohon kepada-Mu agar menjagaku dari api neraka dan menghapus dosa dosaku, sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali hanya Engkau, maka Allah menerimanya dengan rahmat-Nya, serta 70.000 malaikat memintakan ampun untuknya. (HR. Ibnu Majah).
Dalil Tawasul Dengan Selain Nabi.
أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَانَ اِذَا قَحَطُوْ اسْتَسْقَى بِالْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبْ فَقَالَ اَللَّهُمَّ اِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ اِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِيْنَا وَاِنَّا نَتَوَسَّكُ اِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا قَالَ فَيُسْقَوْنَ. (رواه البخاري)
Sesungguhnya Umar bin Khaththab ra ketika mesyarakat dilanda kemarau beliau momohon hujan dengan perantara Abbas bin Abdul Muththalib, kemudian beliau berdoa, “Ya Allah sesungguhnya kami pernah menjadikan perantara kepada-Mu dengan Nabi kami, kemudian Engkau beri kami hujan, dan kini kami menjadikan perantara kepada-Mu dengan paman Nabi kami, maka berikanlah kami hujan”. Umar berkata, “kemudian merekapun diberi hujan”. (HR. Bukhari).
Dalil Tawasul Dengan Nabi Sebelum Lahir
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم لَمَّا اقْتَرَفَ اَدَمُ الْخَطِيْئَةَ قَالَ يَا رَبِّ أَسْأَلُكَ بِحَقِّ مُحَمَّدٍ لِمَا غَفَرْتَ لِي. فَقَالَ اللهُ يَا اَدَمُ وَكَيْفَ عَرَفْتَ مُحَمَّدًا وَلَمْ أَخْلُقْهُ؟ قَالَ يَا رَبِّ لِأَنَّكَ لَمَّا خَلَقْتَنِي بِيَدِكَ وَنَفَخْتَ فِيَّ مِنْ رُوْحِكَ رَفَعْتُ رَأْسِيْ فَرَأَيْتُ عَلَى قَوَائِمِ الْعَرْشِ مَكْتُوْبًا لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ فَعَلِمْتُ أَنَّكَ لَمْ تُضِفْ اِلَى اسْمِكَ اِلَّا أَحَبَّ الْخَلْقِ اِلَيْكَ فَقَالَ اللهُ صَدَقْتَ يَا اَدَمُ اِنَّهُ لَأَحَبُّ الْخَلْقِ اِلَيَّ ادْعُنِيْ بِحَقِّهِ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكَ وَلَوْلَا مُحَمَّدٌ مَا خَلَقْتُكَ. (رواه الحاكم).
Rasulallah Saw bersabda, “ketika Nabi Adam mengakui kesalahannya, beliau bertanya pada Tuhan, “Ya Tuhan, aku ingin bertanya, kenapa dengan perantara kebenaran Nabi Muhammad Engkau mengampuniku?, kemudian Allah bertanya, “Wahai Adam, bagaimana kamu bisa tahu Muhammad padahal Aku belum menciptakannya?, nabi adam menjawab “wahai Tuhanku, karena disaat Engkau menciptakanku dengan kuasa-Mu dan Engkau tiupkan ruh padaku, maka aku angkat kepalaku kemudian aku melihat di tiyang tiyang Arsy terdapat tulisan “Lailahaillallah Muhammadurrasulallah”, kemudian aku tahu bahwa Engkau tidak akan menyandarkan nama seseorang pada nama-Mu kecuali hamba yang paling Engkau cinta”, kemudian Allah menjawab “engkau benar wahai Adam, sesungguhnya dia adalah makhkuk yang Aku cintai, mintalah kepada-Ku, maka demi kebenaran ia, Aku akan mengampunimu dan jika saja tidak ada Muhammad, maka Aku tidak akan menciptamu. (HR. Al-Hakim).
