Dalil Tabarruk (Mengharap Berkah)
Minggu, 12 April 2020
Edit
Dalil Tabarruk (Mengharap Berkah)
Tabarruk atau mengharap berkah adalah menjadikan seseorang, tempat, atau sesuatu sebagai sebab atau perantara mengharap berkah kepada Allah Swt. Yang mana seseorang, tempat, atau sesuatu tersebut memiliki nilai kedekatan dengan Allah Swt.
Tabarruk sebenaranya sudah ada dan dilakukan oleh para sahabat sejak dulu, mereka bertabarruk dengan Rambut Nabi Saw, ada juga yang bertabarruk dengan bekas air wudlu Nabi, keringat Nabi, bahkan sampai ada yang bertabarruk dengan ludah Nabi Saw. hal tersebut menunjukkan nilai kemuliaannya Nabi Muhammad atas Allah Swt, sehingga para sahabat memanfaatkan apa yang bisa dibuat tabarruk kepada Allah Swt.
Dalam beberapa hadist ada sebuah kisah yang menceritakan tentang makna dari tabarruk yaitu kisah dari Khalid Bin Walid yang kehilangan sorbannya ketika perang Yarmuk, kemudian Khalid Bin Walid mencarinya hingga ketemu, perjuangan mencari sorbannya tersebut tiada lain karena sungguh berharganya dan mempunya nilai yang berbeda, sebagaimana cerita dalam hadist berikut ini:
فَقَالَ خَالِدٌ: اِعْتَمَدَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَخَلَقَ رَأْسَهُ فَابْتَدَرَ النَّاسُ جَوَانِبِ شَعْرِهِ فَسَبَقْتُهُمْ اِلَى نَاصِيَتِهِ فَجَعَلْتُهَا فِي هَذِهِ الْقَلَنْسَوَةَ فَلَمْ اَشْهَدُ قِتَالًا وَهِيَ مَعِيْ اِلَّا رُزِقْتُ النَّصْرَ.
Berkata Khalid bin Walid: Rasulallah Saw berumrah kemudian ia mencukur kepalanya, maka para shahabat berebutan rambut Rasulallah Saw dan akulah pemenangnya dan aku taruh rambut Rasulallah Saw itu dalam Mahkota sorbanku, maka aku tidak berperang dengan memakai mahkota sorbanku itu kecuali aku diberi kemenangan.
عَنْ زَارِعٍ وَكَانَ فِي وَفْدِ عَبْدِ الْقَيْسِ قَالَ لَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِنَةَ فَجَعَلْنَا نَتَبَادَرُ مِنْ رَوَاحِلِنَا فَنُقَبَلَ يَدَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَرِجْلَهُ. (رواه ابو داود 4548) .
Dari Zari’, ketika beliau menjadi salah satu delegasi suku Abdil Qais, beliau berkata, “ketika beliau berkata , ketika sampai di Madinah, kami segera turun dari kendaraan kita, lalu kami mengecup tangan dan kaki Nabi Saw”. (HR. Abu Dawud No 4548).
جَاءَتْ امْرَأَةٌ اِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم بِبُرْدَةٍ فَقَالَ سَهْلٌ لِلْقَوْمِ أَتَدْرُوْنَ مَا الْبُرْدَةُ فَقَالَ الْقَوْمُ هِيَ الشَّمْلَةٌ فَقَالَ سَهْلٌ هِيَ شَمْلَةٌ مَنْسُوْجَةٌ فِيْهَا حَاشِيَتُهَا فَقَالَتْ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَكْسُوْكَ هَذِهِ فَأَخَذَهَا النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مُحْتَاجًا اِلَيْهَا فَلَبِسَهَا فَرَاَهَا عَلَيْهِ رَجُلٌ مِنْ الصَّحَابَةِ فَقَالَ يَارَسُوْلَ اللهِ مَا أَحْسَنَ هَذِهِ فَاَكْسُنِيْهَا فَقَالَ نَعَمْ فَلَمَّا قَامَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم لَا مَهُ أَصْحَابُهُ قَالُوْا مَا أَحْسَنْتَ حِيْنَ رَأَيْتَ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَخَذَهَا مُحْتَاجًا اِلَيْهَا ثُمَّ سَأَلْتَهُ اِيَّاهَا وَقَدْ عَرَفْتَ أَنَّهُ لَا يُسْأَلُ شَيْئًا فَيَمْنَعَهُ فَقَالَ رَجَوْتُ بَرَكَتَهَا حِيْنَ لَبِسَهَا النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم لَعَلِّي اُكَفَّنُ فِيْهَا. (رواه البخاري).
Seorang wanita datang kepada Nabi Saw. Dengan membawa burdah, kemudian Sahal bertanya pada orang orang, “kalian tahu apa itu burdah?” Mereka menjawab, “itu adalah selimut bergaris garis’’. Lalu Sahal berkata, “burdah adalah selimut yang dibordir bagian tepinya”. Kemudian perempuan itu berkata, “wahai Rasulullah, aku hadiahkan ini padamu”. Kemudian Rasulallah mengambilnya, seolah beliau sangat membutuhkanya dan langsung dipakai. Lalu seorang dari sahabat melihat burdah itu dan berkata, “ya Rasulallah, bertapa bagusnya burdah ini, kumohon berikanlah kepadaku”. Nabi menjawab, “baiklah’’. Begitu Rasulullah bangkit berdiri, beberapa sahabat mengecam sikap orang itu. Mereka berkata, “alangkah tidak sopannya engkau, saat kau lihat Nabi saw. mengambilnya dengan sangat butuh, lalu engkau memintanya, padahal engkau tahu bahwa beliau tak pernah diminta apapun lantas menolaknya’’. Kemudian sahabat tadi menjawab , “aku sangat berharap berkahnya saat Nabi saw. mengenakanya, dan aku berharap akan dikafani dengannya’’. (HR. Bukhari)
Itulah beberapa dalil tentang tabarruk, yang mana bisa kita buat landasan untuk tetap bisa mengamalkannya semata mata untuk mengharap ridlo dari Allah Swt. (Ust, Mohamad Nurofik)
Tabarruk atau mengharap berkah adalah menjadikan seseorang, tempat, atau sesuatu sebagai sebab atau perantara mengharap berkah kepada Allah Swt. Yang mana seseorang, tempat, atau sesuatu tersebut memiliki nilai kedekatan dengan Allah Swt.
Tabarruk sebenaranya sudah ada dan dilakukan oleh para sahabat sejak dulu, mereka bertabarruk dengan Rambut Nabi Saw, ada juga yang bertabarruk dengan bekas air wudlu Nabi, keringat Nabi, bahkan sampai ada yang bertabarruk dengan ludah Nabi Saw. hal tersebut menunjukkan nilai kemuliaannya Nabi Muhammad atas Allah Swt, sehingga para sahabat memanfaatkan apa yang bisa dibuat tabarruk kepada Allah Swt.
Dalam beberapa hadist ada sebuah kisah yang menceritakan tentang makna dari tabarruk yaitu kisah dari Khalid Bin Walid yang kehilangan sorbannya ketika perang Yarmuk, kemudian Khalid Bin Walid mencarinya hingga ketemu, perjuangan mencari sorbannya tersebut tiada lain karena sungguh berharganya dan mempunya nilai yang berbeda, sebagaimana cerita dalam hadist berikut ini:
فَقَالَ خَالِدٌ: اِعْتَمَدَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَخَلَقَ رَأْسَهُ فَابْتَدَرَ النَّاسُ جَوَانِبِ شَعْرِهِ فَسَبَقْتُهُمْ اِلَى نَاصِيَتِهِ فَجَعَلْتُهَا فِي هَذِهِ الْقَلَنْسَوَةَ فَلَمْ اَشْهَدُ قِتَالًا وَهِيَ مَعِيْ اِلَّا رُزِقْتُ النَّصْرَ.
Berkata Khalid bin Walid: Rasulallah Saw berumrah kemudian ia mencukur kepalanya, maka para shahabat berebutan rambut Rasulallah Saw dan akulah pemenangnya dan aku taruh rambut Rasulallah Saw itu dalam Mahkota sorbanku, maka aku tidak berperang dengan memakai mahkota sorbanku itu kecuali aku diberi kemenangan.
عَنْ زَارِعٍ وَكَانَ فِي وَفْدِ عَبْدِ الْقَيْسِ قَالَ لَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِنَةَ فَجَعَلْنَا نَتَبَادَرُ مِنْ رَوَاحِلِنَا فَنُقَبَلَ يَدَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَرِجْلَهُ. (رواه ابو داود 4548) .
Dari Zari’, ketika beliau menjadi salah satu delegasi suku Abdil Qais, beliau berkata, “ketika beliau berkata , ketika sampai di Madinah, kami segera turun dari kendaraan kita, lalu kami mengecup tangan dan kaki Nabi Saw”. (HR. Abu Dawud No 4548).
جَاءَتْ امْرَأَةٌ اِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم بِبُرْدَةٍ فَقَالَ سَهْلٌ لِلْقَوْمِ أَتَدْرُوْنَ مَا الْبُرْدَةُ فَقَالَ الْقَوْمُ هِيَ الشَّمْلَةٌ فَقَالَ سَهْلٌ هِيَ شَمْلَةٌ مَنْسُوْجَةٌ فِيْهَا حَاشِيَتُهَا فَقَالَتْ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَكْسُوْكَ هَذِهِ فَأَخَذَهَا النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مُحْتَاجًا اِلَيْهَا فَلَبِسَهَا فَرَاَهَا عَلَيْهِ رَجُلٌ مِنْ الصَّحَابَةِ فَقَالَ يَارَسُوْلَ اللهِ مَا أَحْسَنَ هَذِهِ فَاَكْسُنِيْهَا فَقَالَ نَعَمْ فَلَمَّا قَامَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم لَا مَهُ أَصْحَابُهُ قَالُوْا مَا أَحْسَنْتَ حِيْنَ رَأَيْتَ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَخَذَهَا مُحْتَاجًا اِلَيْهَا ثُمَّ سَأَلْتَهُ اِيَّاهَا وَقَدْ عَرَفْتَ أَنَّهُ لَا يُسْأَلُ شَيْئًا فَيَمْنَعَهُ فَقَالَ رَجَوْتُ بَرَكَتَهَا حِيْنَ لَبِسَهَا النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم لَعَلِّي اُكَفَّنُ فِيْهَا. (رواه البخاري).
Seorang wanita datang kepada Nabi Saw. Dengan membawa burdah, kemudian Sahal bertanya pada orang orang, “kalian tahu apa itu burdah?” Mereka menjawab, “itu adalah selimut bergaris garis’’. Lalu Sahal berkata, “burdah adalah selimut yang dibordir bagian tepinya”. Kemudian perempuan itu berkata, “wahai Rasulullah, aku hadiahkan ini padamu”. Kemudian Rasulallah mengambilnya, seolah beliau sangat membutuhkanya dan langsung dipakai. Lalu seorang dari sahabat melihat burdah itu dan berkata, “ya Rasulallah, bertapa bagusnya burdah ini, kumohon berikanlah kepadaku”. Nabi menjawab, “baiklah’’. Begitu Rasulullah bangkit berdiri, beberapa sahabat mengecam sikap orang itu. Mereka berkata, “alangkah tidak sopannya engkau, saat kau lihat Nabi saw. mengambilnya dengan sangat butuh, lalu engkau memintanya, padahal engkau tahu bahwa beliau tak pernah diminta apapun lantas menolaknya’’. Kemudian sahabat tadi menjawab , “aku sangat berharap berkahnya saat Nabi saw. mengenakanya, dan aku berharap akan dikafani dengannya’’. (HR. Bukhari)
Itulah beberapa dalil tentang tabarruk, yang mana bisa kita buat landasan untuk tetap bisa mengamalkannya semata mata untuk mengharap ridlo dari Allah Swt. (Ust, Mohamad Nurofik)
