Dalil Tahlilan (Kupas Tuntas)
Rabu, 26 Februari 2020
Edit
Dalil Tahlilan (Kupas Tuntas)
Tahlilan adalah tradisi umat islam hampir seluruh wilayah Indonesia, tahlilan sendiri menjadi ciri khas Nahdlatul Ulama, karena bisa kita buktikan, golongan yang konsisten mempertahankan tahlilan dari segi aqidah maupun amaliah adalah organisasi masyarakat terbesar yaitu Nahdlatul Ulama.
Tahlilan kerap sekali mendapat gesekan dari golongan yang anti tahlilan, dituduh sesat, bid’ah, tiada dalil, bahkan dituduh musyrik. Menanggapi hal itu, kaum nahdliyin tetap konsisten dengan tahlilan, bahkan semakin banyak orang yang mengamalkan tahlilan dan merasakan barokahnya.
Tahlilan memiliki makna yaitu membaca kalimat dzikir lailaha illallah, hal tersebut di sandarkan dalil berikut ini:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم جَدِّدُوْا اِيْمَانَكُمْ قَالُوْا كَيْفَ نُجَدِّدُ اِيْمَانَنَا قَالَ أَكْثِرُوْا مِنْ قَوْلِ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ. (رواه أحمد)
Dari Abi Hurairah ra, berkata, Rasulallah Saw bersabda, “Perbaruilah iman kalian”, para sahabat bertanya “bagaimana kami memperbaruhi iman kami?” Beliau menjawab, “Perbanyaklah mengucap lailaha illallah”. (HR. Ahmad).
Dari dalil itulah mewakili penyebutan dari tahlilan, karena dalam majlis tahlilan, bacaan yang paling banyak dibaca adalah lailahaillallah, dan kalimat itulah kalimat agung, sehingga mewakili penyebutan nama bagi majlis tersebut, sebagai nama Tahlilan, yang berarti membaca dzikir lailaha illallah.
Dalil Membaca Istigfar
Selain kalimat tahlil, istigfar juga termasuk kalimat yang dibaca saat tahlilan, adapun membaca istigfar tersebut berlandaskan dalil berikut ini:
وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوْا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوْا اللهَ فَاسْتَغْفَرُا لِذُنُوْبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللهَ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلَى مَا فَعَلُوْ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ.
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah Swt? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahuinya. (QS. Ali Imran: 135).
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوْءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللهَ يَجِدِ اللهَ غَفُوْرًا رَحِيْمًا.
Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS An-Nisa’: 110).
Tahlilan adalah tradisi umat islam hampir seluruh wilayah Indonesia, tahlilan sendiri menjadi ciri khas Nahdlatul Ulama, karena bisa kita buktikan, golongan yang konsisten mempertahankan tahlilan dari segi aqidah maupun amaliah adalah organisasi masyarakat terbesar yaitu Nahdlatul Ulama.
Tahlilan kerap sekali mendapat gesekan dari golongan yang anti tahlilan, dituduh sesat, bid’ah, tiada dalil, bahkan dituduh musyrik. Menanggapi hal itu, kaum nahdliyin tetap konsisten dengan tahlilan, bahkan semakin banyak orang yang mengamalkan tahlilan dan merasakan barokahnya.
Tahlilan memiliki makna yaitu membaca kalimat dzikir lailaha illallah, hal tersebut di sandarkan dalil berikut ini:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم جَدِّدُوْا اِيْمَانَكُمْ قَالُوْا كَيْفَ نُجَدِّدُ اِيْمَانَنَا قَالَ أَكْثِرُوْا مِنْ قَوْلِ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ. (رواه أحمد)
Dari Abi Hurairah ra, berkata, Rasulallah Saw bersabda, “Perbaruilah iman kalian”, para sahabat bertanya “bagaimana kami memperbaruhi iman kami?” Beliau menjawab, “Perbanyaklah mengucap lailaha illallah”. (HR. Ahmad).
Dari dalil itulah mewakili penyebutan dari tahlilan, karena dalam majlis tahlilan, bacaan yang paling banyak dibaca adalah lailahaillallah, dan kalimat itulah kalimat agung, sehingga mewakili penyebutan nama bagi majlis tersebut, sebagai nama Tahlilan, yang berarti membaca dzikir lailaha illallah.
Dalil Membaca Istigfar
Selain kalimat tahlil, istigfar juga termasuk kalimat yang dibaca saat tahlilan, adapun membaca istigfar tersebut berlandaskan dalil berikut ini:
وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوْا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوْا اللهَ فَاسْتَغْفَرُا لِذُنُوْبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللهَ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلَى مَا فَعَلُوْ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ.
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah Swt? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahuinya. (QS. Ali Imran: 135).

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوْءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللهَ يَجِدِ اللهَ غَفُوْرًا رَحِيْمًا.
Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS An-Nisa’: 110).
قَالَ صلى الله عليه وسلم مَنْ أَكْثَرَ الْاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجَ وَمِنْ كُلِّ ضَيْقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يُحْتَسَبُ.
Nabi bersabda, “Barang siapa memperbanyak istigfar maka Allah menjadikan untuknya kebahagiaan dari setiap kesusahan, menjadikan jalan keluar dari setiap kesempitan, dan memberikan rizki dari arah yang tak terduga. (HR. Al-Hakim dan Baihaqi).
Dalil Membaca Shalawat
Setelah istigfar, shalawat juga termasuk urutan bacaan yang ada dalam tahlilan, shalawat merupakan kalimat agung setelah tahlil, selain itu juga memiliki banyak faidah dan keutamaan bagi yang membacanya.
Shalawat sendiri memiliki makna memuji kepada baginda alam yakni Nabi Muhammad Saw, sebagai Nabi terakhi, dan menjadi utusan atau Rasulallah untuk segenap alam semesta, baik langit dan bumi.
Berikut ini dalil membaca Shalawat:
اِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِمًا.
Sesungguhnya Allah dan malaikat malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi, Hai orang orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam pernghormatan kepadanya. (QS. Al-Ahzab: 56).
عَنْ اِبْنِ مَسْعُوْدِ قَالَ قَالَ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم اِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً.
Dari Ibn Mas’ud berkata, Rasulallah Saw bersabda, “Sesungguhnya manusia paling utama bersamaku pada hari kiamat adalah mereka yang paling banyak shalawatnya kepadaku. (HR. At-Tirmidzi dan dishahihkan Ibn Hibban).
Dalil Membaca Akhir Surat Al-Baqarah
akhir surat Al-Baqarah juga termasuk dalam urutan bacaan dalam tahlilan, dalam ayat tersebut selain berisi makna keagungan Allah, ayat tersebut juga bermuatan do’a, memohon safaat, ampunan, dan rahmat.
Membaca akhir surat al-baqarah dalam tahlilan berlandasankan dalil berikut ini:
أَخْرَجَ اَلْحَاكِمُ عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ ثُمَّ اِنَّ اللهَ خَتَمَ سُوْرَةَ الْبَقَرَةِ بِاَيَتَيْنِ أَعْطَانِيْهِمَا مِنْ كَنْزِهِ الَّذِيْ تَحْتَ الْعَرْشِ فَتَعَلَّمُوْهُنَّ وَعَلِّمُوْهُنَّ نِسَاءَكُمْ وَأَبْنَائَكُمْ فَاِنَّهَا صَلَاةٌ وَقُرْأَنٌ وَدُعَاءٌ.
Al-Hakim megeluarkan hadist dari Abi Dzarrin, sesungguhnya Rasulallah Saw bersabda, Kemudian Allah mengakhiri surat Al-baqarah dengan dua ayat yang keduanya diberikan kepadaku dengan gedung-Nya yang berada di bawah Arsy, maka belajar dan ajarkanlah keduanya pada istri-istri dan anak anak kalian, karena sesungguhnya ayat itu adalah shalat (rahmat), Qur’an dan do’a.
Dalil Membaca Surat Al-Ikhlas
Setelah bacaan akhir surat Al-Baqarah, surat Al-Ihklas juga menjadi bagian bacaan dari tahlilan, surat Al-Ikhlas memiliki banyak keutamaan, salah satu yang terkenal dari faidah surat ini adalah bagi yang membaca tiga kali surat Al-ikhlas, maka layaknya seperti mengkhatamka Al-Qur ‘an, mungkin itu terlihat aneh atau bahkan tidak dipercayai, sungguh itu kuasa Allah, pasti tidak bisa dinalar oleh pikiran yang terbalik.
Berikut ini dalil membaca surat Al-Ikhlas:
وَأَخْرَجَ الشَّيْخَانِ وَأَبُوْ دَاوُد وَالتِّرْمِذِيْ وَالنَّسَائِي وَابْنُ مَاجَة وَمَالِكُ وَأَحْمَدُ وَالطَّبْرَانِي وَالْبَزَّارُ وَأَبُو عُبَيْدٍ عَنْ عَشْرَةٍ مِنْ الصَّحَابَةِ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ تَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْأَنِ.
Imam Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, Malik Ahmad, Ath-Thabrani, Al-Bazzar dan Abu Ubaid, telah mengeluarkan hadist dari sahabat sepuluh, (bahwa) qulhuwallah itu setara dengan sepertiga Al-Qur’an.
Hadist tersebut jika dinalari oleh pola pikir yang terbalik maka akan berkata, “jika dengan membaca surat Al-Ikhlas seperti membaca sepertiga AL-Qur’an, ngapain capek capek baca Al-Qur’an dari awal, ngapain Allah menurunkan wahyu Al-Qur’an dari awal, dsb”. Itulah pola pikir yang terbalik atau bertolak belakang, yang mana akan membuat orang lain kesulitan memaknai rahmat Allah Swt, seperti halnya kuasa Allah terhadap surat Al-Ikhlas itu, jika di timbang, kandungan atau makna dari surat Al-Ikhlas tersebut adalah berisi makna kuasa Allah, keesaan Allah, ketauhidan Allah, dalah surat itu jelas hanya membahas kekuasaan Allah, sungguh layak bagi pembacanya mendapat keutamaan yang agung.
Dalil Membaca Tasbih dan Tahmid
Tasbih dan Tahmid, adalah kalimat dzikir yang sudah umum yang keduanya saling bersamaan, tasbih dan tahmid adalah kalimat dzikir untuk mensucikan Allah dan bersyukur kepada Allah, lafadznya adalah subhanallah wabihamdihi, subhanallah hil adzim.
Tasbih dan tahmid menjadi salah satu bacaan dalah tahlilan, berikut ini dalil membacanya:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم كَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيْلَتَانِ فِي الْمِيْزَانِ حَبِيْبَتَانِ اِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ. (متفق عليه)
Dari Abi Hurairah ra berkata, Rasulallah Saw bersabda, “dua kalimat yang ringan di lisan, yang (namun) berat di Mizan, yang membuat senang Ar-Rahman, adalah subhanallah wabihamdihi subhanallah hil adzim. (HR. Bukhari Muslim).
وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ عَنْهُ خَطَايَاهُ وَاِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ.
Dari Abi Hurairah ra berkata, Rasulallah Saw bersabda “barang siapa membaca subhanallah wabihamdihi seratus kali, maka dihapuskan kesalahan kesalahannya meskipun sebanyak buih lautan”. (HR. Bukhari Muslim).
Dalil Dzikir Berjamaah
Tahlilan adalah tradisi yang dilakukan secara bersama sama, atau berjamaah, namun tahlilan juga bisa dilakukan sendiri. Tahlilan dilakukan berjamaah ketika memperingati hari khaul, atau 3, 7, 41 hari kematian seseorang.
Tahlilan yang dilakukan secara berjamaah berlandasakan dalil berikut ini:
لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ اِلَّا حَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِيْنَةُ وَذَكَرَهُمْ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ.
Tidaklah sekelompok orang yang duduk berdzikir kepada Allah kecuali mereka dikerumuni Malaikat, diliputi rahmat, dan ketentraman turun kepada mereka, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka kepada para malaikat di sisi-Nya. (HR. Muslim)
وَاِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم خَرَجَ عَلَى حَلْقَةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ مَا أَجْلَسَكُمْ قَالُوْا جَلَسْنَا نَذْكُرُ اللهَ وَنَحْمَدُهُ عَلَى مَا هَدَانَا لِلْاِسْلَامِ وَمَنَّ بِهِ عَلَيْنَا قَالَ اللهِ مَا أَجْلَسَكُمْ اِلَّا ذَاكَ قَالُوْا وَاللهِ مَا أَجْلَسَنَا اِلَّا ذَاكَ قَالَ أَمَا اِنِّي لَمْ أَسْتَحْلِفْكُمْ تُهْمَةً لَكُمْ وَلَكِنَّهُ أَتَانِيْ جِبْرِيْلُ فَأَخْبَرَنِيْ أَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِيْ بِكُمْ الْمَلَائِكَةَ. (رواه مسلم والترمذي)
Sesungguhnya Rasulallah Saw keluar dan mendapati sebuah kelompok dari beberapa sahabatnya, kemudian beliau bertanya, “Apa gerangan yang membuat kalian duduk duduk berkelompok? Mereka pun menjawab kami duduk duduk berdzikir kepada Allah dan memuji-Nya atas sesuatu yang menunjukkan kami kepada islam dan telah menjadikannya sebagai anugrah kepada kami beliau bertanya demi Allah benarkah tidak membuat kalian duduk berkelompok selain hal itu? Mereka menjawab demi Allah tidak membuat kami duduk berkelompok selain itu. Beliau bersabda ketahuilah sungguh aku tidak akan meminta kalian bersumpah karena curiga terhadap kalian, tetapi karena Jibril telah datang kepadaku dan memberitahuku bahwa sesungguhnya Allah Azza wa jallah membanggakan kalian di hadapan para malaikat. (HR. Muslim dan At-Tirmidzi).
Nabi bersabda, “Barang siapa memperbanyak istigfar maka Allah menjadikan untuknya kebahagiaan dari setiap kesusahan, menjadikan jalan keluar dari setiap kesempitan, dan memberikan rizki dari arah yang tak terduga. (HR. Al-Hakim dan Baihaqi).
Dalil Membaca Shalawat
Setelah istigfar, shalawat juga termasuk urutan bacaan yang ada dalam tahlilan, shalawat merupakan kalimat agung setelah tahlil, selain itu juga memiliki banyak faidah dan keutamaan bagi yang membacanya.
Shalawat sendiri memiliki makna memuji kepada baginda alam yakni Nabi Muhammad Saw, sebagai Nabi terakhi, dan menjadi utusan atau Rasulallah untuk segenap alam semesta, baik langit dan bumi.
Berikut ini dalil membaca Shalawat:
اِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِمًا.
Sesungguhnya Allah dan malaikat malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi, Hai orang orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam pernghormatan kepadanya. (QS. Al-Ahzab: 56).
عَنْ اِبْنِ مَسْعُوْدِ قَالَ قَالَ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم اِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً.
Dari Ibn Mas’ud berkata, Rasulallah Saw bersabda, “Sesungguhnya manusia paling utama bersamaku pada hari kiamat adalah mereka yang paling banyak shalawatnya kepadaku. (HR. At-Tirmidzi dan dishahihkan Ibn Hibban).
Dalil Membaca Akhir Surat Al-Baqarah
akhir surat Al-Baqarah juga termasuk dalam urutan bacaan dalam tahlilan, dalam ayat tersebut selain berisi makna keagungan Allah, ayat tersebut juga bermuatan do’a, memohon safaat, ampunan, dan rahmat.
Membaca akhir surat al-baqarah dalam tahlilan berlandasankan dalil berikut ini:
أَخْرَجَ اَلْحَاكِمُ عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ ثُمَّ اِنَّ اللهَ خَتَمَ سُوْرَةَ الْبَقَرَةِ بِاَيَتَيْنِ أَعْطَانِيْهِمَا مِنْ كَنْزِهِ الَّذِيْ تَحْتَ الْعَرْشِ فَتَعَلَّمُوْهُنَّ وَعَلِّمُوْهُنَّ نِسَاءَكُمْ وَأَبْنَائَكُمْ فَاِنَّهَا صَلَاةٌ وَقُرْأَنٌ وَدُعَاءٌ.
Al-Hakim megeluarkan hadist dari Abi Dzarrin, sesungguhnya Rasulallah Saw bersabda, Kemudian Allah mengakhiri surat Al-baqarah dengan dua ayat yang keduanya diberikan kepadaku dengan gedung-Nya yang berada di bawah Arsy, maka belajar dan ajarkanlah keduanya pada istri-istri dan anak anak kalian, karena sesungguhnya ayat itu adalah shalat (rahmat), Qur’an dan do’a.
Dalil Membaca Surat Al-Ikhlas
Setelah bacaan akhir surat Al-Baqarah, surat Al-Ihklas juga menjadi bagian bacaan dari tahlilan, surat Al-Ikhlas memiliki banyak keutamaan, salah satu yang terkenal dari faidah surat ini adalah bagi yang membaca tiga kali surat Al-ikhlas, maka layaknya seperti mengkhatamka Al-Qur ‘an, mungkin itu terlihat aneh atau bahkan tidak dipercayai, sungguh itu kuasa Allah, pasti tidak bisa dinalar oleh pikiran yang terbalik.
Berikut ini dalil membaca surat Al-Ikhlas:
وَأَخْرَجَ الشَّيْخَانِ وَأَبُوْ دَاوُد وَالتِّرْمِذِيْ وَالنَّسَائِي وَابْنُ مَاجَة وَمَالِكُ وَأَحْمَدُ وَالطَّبْرَانِي وَالْبَزَّارُ وَأَبُو عُبَيْدٍ عَنْ عَشْرَةٍ مِنْ الصَّحَابَةِ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ تَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْأَنِ.
Imam Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, Malik Ahmad, Ath-Thabrani, Al-Bazzar dan Abu Ubaid, telah mengeluarkan hadist dari sahabat sepuluh, (bahwa) qulhuwallah itu setara dengan sepertiga Al-Qur’an.
Hadist tersebut jika dinalari oleh pola pikir yang terbalik maka akan berkata, “jika dengan membaca surat Al-Ikhlas seperti membaca sepertiga AL-Qur’an, ngapain capek capek baca Al-Qur’an dari awal, ngapain Allah menurunkan wahyu Al-Qur’an dari awal, dsb”. Itulah pola pikir yang terbalik atau bertolak belakang, yang mana akan membuat orang lain kesulitan memaknai rahmat Allah Swt, seperti halnya kuasa Allah terhadap surat Al-Ikhlas itu, jika di timbang, kandungan atau makna dari surat Al-Ikhlas tersebut adalah berisi makna kuasa Allah, keesaan Allah, ketauhidan Allah, dalah surat itu jelas hanya membahas kekuasaan Allah, sungguh layak bagi pembacanya mendapat keutamaan yang agung.
Dalil Membaca Tasbih dan Tahmid
Tasbih dan Tahmid, adalah kalimat dzikir yang sudah umum yang keduanya saling bersamaan, tasbih dan tahmid adalah kalimat dzikir untuk mensucikan Allah dan bersyukur kepada Allah, lafadznya adalah subhanallah wabihamdihi, subhanallah hil adzim.
Tasbih dan tahmid menjadi salah satu bacaan dalah tahlilan, berikut ini dalil membacanya:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم كَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيْلَتَانِ فِي الْمِيْزَانِ حَبِيْبَتَانِ اِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ. (متفق عليه)
Dari Abi Hurairah ra berkata, Rasulallah Saw bersabda, “dua kalimat yang ringan di lisan, yang (namun) berat di Mizan, yang membuat senang Ar-Rahman, adalah subhanallah wabihamdihi subhanallah hil adzim. (HR. Bukhari Muslim).
وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ عَنْهُ خَطَايَاهُ وَاِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ.
Dari Abi Hurairah ra berkata, Rasulallah Saw bersabda “barang siapa membaca subhanallah wabihamdihi seratus kali, maka dihapuskan kesalahan kesalahannya meskipun sebanyak buih lautan”. (HR. Bukhari Muslim).
Dalil Dzikir Berjamaah
Tahlilan adalah tradisi yang dilakukan secara bersama sama, atau berjamaah, namun tahlilan juga bisa dilakukan sendiri. Tahlilan dilakukan berjamaah ketika memperingati hari khaul, atau 3, 7, 41 hari kematian seseorang.
Tahlilan yang dilakukan secara berjamaah berlandasakan dalil berikut ini:
لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ اِلَّا حَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِيْنَةُ وَذَكَرَهُمْ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ.
Tidaklah sekelompok orang yang duduk berdzikir kepada Allah kecuali mereka dikerumuni Malaikat, diliputi rahmat, dan ketentraman turun kepada mereka, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka kepada para malaikat di sisi-Nya. (HR. Muslim)
وَاِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم خَرَجَ عَلَى حَلْقَةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ مَا أَجْلَسَكُمْ قَالُوْا جَلَسْنَا نَذْكُرُ اللهَ وَنَحْمَدُهُ عَلَى مَا هَدَانَا لِلْاِسْلَامِ وَمَنَّ بِهِ عَلَيْنَا قَالَ اللهِ مَا أَجْلَسَكُمْ اِلَّا ذَاكَ قَالُوْا وَاللهِ مَا أَجْلَسَنَا اِلَّا ذَاكَ قَالَ أَمَا اِنِّي لَمْ أَسْتَحْلِفْكُمْ تُهْمَةً لَكُمْ وَلَكِنَّهُ أَتَانِيْ جِبْرِيْلُ فَأَخْبَرَنِيْ أَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِيْ بِكُمْ الْمَلَائِكَةَ. (رواه مسلم والترمذي)
Sesungguhnya Rasulallah Saw keluar dan mendapati sebuah kelompok dari beberapa sahabatnya, kemudian beliau bertanya, “Apa gerangan yang membuat kalian duduk duduk berkelompok? Mereka pun menjawab kami duduk duduk berdzikir kepada Allah dan memuji-Nya atas sesuatu yang menunjukkan kami kepada islam dan telah menjadikannya sebagai anugrah kepada kami beliau bertanya demi Allah benarkah tidak membuat kalian duduk berkelompok selain hal itu? Mereka menjawab demi Allah tidak membuat kami duduk berkelompok selain itu. Beliau bersabda ketahuilah sungguh aku tidak akan meminta kalian bersumpah karena curiga terhadap kalian, tetapi karena Jibril telah datang kepadaku dan memberitahuku bahwa sesungguhnya Allah Azza wa jallah membanggakan kalian di hadapan para malaikat. (HR. Muslim dan At-Tirmidzi).