Kehujjahan Al-Qur’an Menurut Sejarah

Kehujjahan Al-Qur’an Menurut Sejarah

Bedasarkan catatan sejarah, keotentikan al-Qur’an tidak terbahtahkan dan bukan hasil kreasi Nabi SAW. Berikut beberapa indekatornya;

Pertama Kemutawatiran Al-Qur’an 

Menurut sholahudin dalam bukunya al-Qur’an Dihujat, pada jaman Nabi SAW. telah terjadi tradisi mengafal dan mencatat al-Qur’an oleh kalangan sahabat. Tradisi menjaga al-Qur’an juga terus melanjutkan hingga era kodifikasi atau pembukaan al-Qur’an dalam satu buku di zaman Abu Bakar. Sebagaimana Hadits berikut,

‘Abu Bakar as-shiddiq datang kepadaku [Zaid bin Tsabit] pada waktu perang Yamamah, ketika itu umar di sampingnya. Abu Bakar berkata bahwasan Umar mendatangiku dan mengatakan; ‘’sesungguhnya perang yamamah telah berkecamuk (menimpa) para sahabat, dan aku kuwatir akan menimpa para pengafal al-Qur’an di negeri-negeri lainya sehingga banyak yang gugur dari mereka kecuali engkau memerintahkan pengumpulan al-Qur’an. “Abu B akar berkata pada umar; “Bagaimana aku mengerjakan suatu perkara (bid’ah) yang tidak pernah dikerjakan Rasulullah SAW..?” umar menjawab; “Demi  Allah hal itu adalah sesuatu (bid’ah) yang baik (hasanah).” Ia terus mengulangi hal itu sampai Allah melapangkan dadaku sebagaimana melapangkan dada Umar dan aku sepandat denganya. (HR.Bukhari No,4311)

Kedua, Nabi seorang yang ummi (buta baca dan buta tulis)

Indekasi al-Qur’an bukan ucapan seorang manusia melainkan kalam ilahi adalah bahwa tercatat dalam sejarah yang masyhur dikalangan bangsa arab saat itu bahwa Nabi SAW., sebagai penerima wahyu, adalah seorang yang ummi, yakni buta  baca dan buta tulis. Keummian Nabi SAW. Telah disaksikan oleh hampir mayoritas penduduk mekkah. Ini membuktikan bahwa al-Qur’an tidak mungkin dikarang oleh orang yang buta baca dan buta tulis. Hal ini diperjelas dengan firman Allah SWT.,

“Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (al-Qur’an) sesuatu kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis) benar-benar ragulah orang yang mengingkari (mu). (QS.al-Ankabut[29]:48).

Kehujjahan Al-Qur’an Menurut Sejarah


Ketiga kejujuran Nabi SAW.  Sebagai penjamin keotentikan al-Qur’an 

Gelar “al-Amin” dan ‘’as-Sidiq” bagi Nabi SAW. Bukan dari pengakuannya sendiri dan bukan ketika dia sudah menjadi Nabi, melainkan disandangkan oleh penduduk mekkah sedari kecilnya. Salah satu buktinya adalah ketika terjadi perselisihan dikalangan suku-suku Qurays terkait dengan siapa yang harus meletakan Hajar Aswad, jatuhlah pilihannya kepada Nabi SAW., karena sifat amanah yang dimilikinya. Kejujuran Nabi SAW. Ini sebagai bukti kuat bahwa al-Qur’an datanganya memang benar-benar dari Allah SWT.

Irfan Rizki Ramadhan Ldsi Online

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel