Dalil Membaca Dzikir Saat Mengantar Jenazah Ke Kuburan
Kamis, 05 Desember 2019
Edit
Dalil Membaca Dzikir Saat Mengantar Jenazah Ke Kuburan
Sering kita melihat, bahkan mungkin kita sendiri pernah melakukan, ketika ada pengantaran jenazah menuju kuburan atau pemakaman pasti orang orang yang mengiringi jenazah tersebut membaca dzikir lailahaillallah atau dzikir sholawat, praktek ini tidak dilarang dalam islam karena mengandung kebaikan yaitu berdzikir kepada Allah Swt. Praktek seperti ini juga jauh lebih baik daripada berbicara yang tidak berguna terutama soal duniawi.
Membaca Dzikir Atau Shalawat Saat Mengantar Jenazah memiliki landasan yang kuat, yang mana bisa kita buat untuk pegangan dan pedoman sehari hari untuk merawat ajaran tersebut.
Dzikir yang utama di bacakan saat pengantar jenazah ke kubur adalah sebagaimana ungkapan di bawah ini:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ لَمْ نَكُنْ نَسْمَعُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ يَمْشِي خَلْفَ الْجَنَازَةِ اِلَّا قَوْلُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ مُبْدِيًا وَرَاجِعًا. أخرجه ابن عدى في الكامل.
Dari Ibnu Umar ra ia berkata, Kami tidak pernah terdengar dari Rasulallah Saw ketika beliau mengantarkan jenazah kecuali ucapan Lailahaillallah, pada waktu berangkat dan pulangnya. (Mizan Al-I’tidal Fi Naqd Al-Rijal, Juz 2, Hal 572).
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ لَمْ يَكُنْ يَسْمَعُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ يَمْشِي خَلْفَ الْجِنَازَةِ اِلَّا قَوْلُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ مُبْدِيًا وَرَاجِعًا.
Dari ibnu Umar ra berkata, tidak pernah didengar dari Rasulallah saw sementara beliau berjalan di belakang jenazah kecuali ucapan lailahaillallah saat berangkat dan kembali. (Jamaluddin Abu Muhammad Abdullah bin Yusuf bin Muhammad Az-Zaila’i, Nashbur Rayah Li Ahaditsil Hidayah).
Dalam hadist di atas, memang tidak disebutkan ukuran pembacaannya, namun dapat digaris bawahi, bahwa bacaan yang di contohkan Nabi adalah bacaan yang bisa didengar para sahabat, tentu saja berarti bacaan itu tidak dengan suara yang tidak bisa di dengar.
Kebenaran terkait adanya bacaan yang mengiringi jenazah menuju ke kuburan, juga di tulis oleh ulama ulama terdahulu, sebagaimana berikut ini:
وَقَدْ جَرَّتْ اَلْعَادَةُ فِى بَلَدِنَا زَبِيْدٍ بِالْجَهْرِ بِالذِّكْرِ اَمَامَ الْجَنَازَةِ بِمَحْضَرٍ مِنَ اْلعُلَمَاءِ وَالْفُقَهَاءِ وَالصُّلَحَاءِ وَقَدْ عَمَّتْ اَلْبَلْوَى بِمَا شَاهِدْنَاهُ مِنْ اِشْتِغَالٍ غَالِبٍ الْمُشَيِّعِيْنَ بِالْحَدِيْثِ اَلدُّنْيَوِيِّ وَرُبَّمَا اَدَاهُمْ ذَلِكَ اِلَى الْغِيْبَةِ اَوْ غَيْرِهَا مِنَ الْكَاَامِ الْمُحَرَّمَةِ فَالَّذِيْ اِخْتَارَهُ اِنَّ شُغْلَ اِسْمَاعِهِمْ بِالذِّكْرِ الْمُؤَدِّيْ اِلَى تَرْكِ الْكَاَغمِ وَتَقْلِيْلِهِ اَوْلَى مِنِ اسْتِرْسَالِهِمْ فِي الْكَاَشمِ الدُّنْيَوِيِّ اِرْتِكَابًا بِأَخَّفِ الْمَفْسَدَتَيْنِ كَاَا هُوَ الْقَاعِدَةُ الشَّرْعِيَّةُ وَسَوَاءٌ الذِّكْرُ وَالتَّهْلِيْلُ وَغَيْرِهَا مِنْ اَنْوَاعِ الذِّكْرِ وَاللهُ اَعْلَمْ. (الفتو حات الربانية على اذكر النواوية)
Telah menjadi tradisi di daerah kami Zabid untuk mengeraskan dzikir di hadapan jenazah (ketika mengantar ke kuburan). Dan itu dilakukan di hadapan para ulama’, ahi fiqih, dan orang orang sholih. Dan sudah menjadi kebiasaan buruk yang telah kita ketahui, bahwa ketika mengantarkan jenazah, orang orang sibuk dengan perbincangan masalah masalah duniawi, dan tidak jarang perbincangan itu menjerumuskan mereka ke dalam ghibah atau perkataan lain yang diharamkan. Adapun hal yang terbaik adalah mendengarkan dzikir yang menyebabkan mereka tidak berbicara atau meminimalisir pembicaraan adalah lebih utama daripada membiarkan mereka bebas membicarakan masalah masalah duniawi. Ini sesuai dengan prinsip memilih yang lebih kecil mafsadahnya, yang merupakan salah satu kaidah syar’iyah. Tidak ada bedanya apakah yang dibaca itu dzikir, tahlil, ataupun yang lainnya. Wallahualam. (Al-Futukhat Al-Rabbaniyah ala Adzkari Al-Nabawiyah juz 4, halaman 183).
وَيُسَنُّ الْمَشْيُ اَمَامَهَا وَقُرْبَهَا وَالْاِسْرَاعُ بِهَا وَالتَّفَكَّرُ فِى الْمَوْتِ وَمَابَعْدَهُ. وَكُرِهَ اللَّغَطُ وَالْحَدِيْثُ فِي اُمُوْرِ الدُّنْيَا وَرَفْعِ الصَّوْتِ اِلَّا بِالْقُرْأَنِ وَالذِّكْرِ وَالصَّلَاتِ عَلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَلَا بَأْسَ بِهِ الْاَنَ لِأَنَّهُ شِعَارٌ لِلْمَيِّتِ. (تنور القلوت).
Para pengantar jenazah yang berjalan kaki disunnahkan berjalan di depan keranda atau di dekatnya sambil berjalan cepat dan berfikir tentang dan sesudah mati. Tetapi tidak disunnahkan bagi para pengantar jenazah untuk gaduh, bercakap cakap urusan dunia, apalagi dengan suara keras, kecuali melantunkan ayat ayat Al-Qur’an, membaca dzikir, atau sholawat kepada Nabi Saw karena hal ini menambah syi’ar bagi si mayit. (Tanwir Al-Qulub, halaman 213).
Sungguh jelas, bahwa tradisi yang ada di masyarakat yaitu Membaca Dzikir Atau Shalawat Saat Mengantar Jenazah adalah sebuah kebaikan, bahkan mendapat contoh dari Nabi Saw dan Sahabat, maka dari itu, kita sebagai generasi umat islam, mari terus kita jaga ajaran itu, agar tetap bisa lestari sepanjang masa, dan bisa dirasakan oleh anak cucu kita kelak.
Selain dari itu, semua itu bukti bahwa ulama nusantara memiliki sanad yang jelas hingga sampai kepada Rasulallah Saw, dan dapat dipastikan ajaran ajaran itu mengandung hikmah dan manfaat buat kita semua umat islam. Wallahualam.
Sering kita melihat, bahkan mungkin kita sendiri pernah melakukan, ketika ada pengantaran jenazah menuju kuburan atau pemakaman pasti orang orang yang mengiringi jenazah tersebut membaca dzikir lailahaillallah atau dzikir sholawat, praktek ini tidak dilarang dalam islam karena mengandung kebaikan yaitu berdzikir kepada Allah Swt. Praktek seperti ini juga jauh lebih baik daripada berbicara yang tidak berguna terutama soal duniawi.
Membaca Dzikir Atau Shalawat Saat Mengantar Jenazah memiliki landasan yang kuat, yang mana bisa kita buat untuk pegangan dan pedoman sehari hari untuk merawat ajaran tersebut.
Dzikir yang utama di bacakan saat pengantar jenazah ke kubur adalah sebagaimana ungkapan di bawah ini:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ لَمْ نَكُنْ نَسْمَعُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ يَمْشِي خَلْفَ الْجَنَازَةِ اِلَّا قَوْلُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ مُبْدِيًا وَرَاجِعًا. أخرجه ابن عدى في الكامل.
Dari Ibnu Umar ra ia berkata, Kami tidak pernah terdengar dari Rasulallah Saw ketika beliau mengantarkan jenazah kecuali ucapan Lailahaillallah, pada waktu berangkat dan pulangnya. (Mizan Al-I’tidal Fi Naqd Al-Rijal, Juz 2, Hal 572).
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ لَمْ يَكُنْ يَسْمَعُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ يَمْشِي خَلْفَ الْجِنَازَةِ اِلَّا قَوْلُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ مُبْدِيًا وَرَاجِعًا.
Dari ibnu Umar ra berkata, tidak pernah didengar dari Rasulallah saw sementara beliau berjalan di belakang jenazah kecuali ucapan lailahaillallah saat berangkat dan kembali. (Jamaluddin Abu Muhammad Abdullah bin Yusuf bin Muhammad Az-Zaila’i, Nashbur Rayah Li Ahaditsil Hidayah).
Dalam hadist di atas, memang tidak disebutkan ukuran pembacaannya, namun dapat digaris bawahi, bahwa bacaan yang di contohkan Nabi adalah bacaan yang bisa didengar para sahabat, tentu saja berarti bacaan itu tidak dengan suara yang tidak bisa di dengar.
Kebenaran terkait adanya bacaan yang mengiringi jenazah menuju ke kuburan, juga di tulis oleh ulama ulama terdahulu, sebagaimana berikut ini:
وَقَدْ جَرَّتْ اَلْعَادَةُ فِى بَلَدِنَا زَبِيْدٍ بِالْجَهْرِ بِالذِّكْرِ اَمَامَ الْجَنَازَةِ بِمَحْضَرٍ مِنَ اْلعُلَمَاءِ وَالْفُقَهَاءِ وَالصُّلَحَاءِ وَقَدْ عَمَّتْ اَلْبَلْوَى بِمَا شَاهِدْنَاهُ مِنْ اِشْتِغَالٍ غَالِبٍ الْمُشَيِّعِيْنَ بِالْحَدِيْثِ اَلدُّنْيَوِيِّ وَرُبَّمَا اَدَاهُمْ ذَلِكَ اِلَى الْغِيْبَةِ اَوْ غَيْرِهَا مِنَ الْكَاَامِ الْمُحَرَّمَةِ فَالَّذِيْ اِخْتَارَهُ اِنَّ شُغْلَ اِسْمَاعِهِمْ بِالذِّكْرِ الْمُؤَدِّيْ اِلَى تَرْكِ الْكَاَغمِ وَتَقْلِيْلِهِ اَوْلَى مِنِ اسْتِرْسَالِهِمْ فِي الْكَاَشمِ الدُّنْيَوِيِّ اِرْتِكَابًا بِأَخَّفِ الْمَفْسَدَتَيْنِ كَاَا هُوَ الْقَاعِدَةُ الشَّرْعِيَّةُ وَسَوَاءٌ الذِّكْرُ وَالتَّهْلِيْلُ وَغَيْرِهَا مِنْ اَنْوَاعِ الذِّكْرِ وَاللهُ اَعْلَمْ. (الفتو حات الربانية على اذكر النواوية)
Telah menjadi tradisi di daerah kami Zabid untuk mengeraskan dzikir di hadapan jenazah (ketika mengantar ke kuburan). Dan itu dilakukan di hadapan para ulama’, ahi fiqih, dan orang orang sholih. Dan sudah menjadi kebiasaan buruk yang telah kita ketahui, bahwa ketika mengantarkan jenazah, orang orang sibuk dengan perbincangan masalah masalah duniawi, dan tidak jarang perbincangan itu menjerumuskan mereka ke dalam ghibah atau perkataan lain yang diharamkan. Adapun hal yang terbaik adalah mendengarkan dzikir yang menyebabkan mereka tidak berbicara atau meminimalisir pembicaraan adalah lebih utama daripada membiarkan mereka bebas membicarakan masalah masalah duniawi. Ini sesuai dengan prinsip memilih yang lebih kecil mafsadahnya, yang merupakan salah satu kaidah syar’iyah. Tidak ada bedanya apakah yang dibaca itu dzikir, tahlil, ataupun yang lainnya. Wallahualam. (Al-Futukhat Al-Rabbaniyah ala Adzkari Al-Nabawiyah juz 4, halaman 183).
وَيُسَنُّ الْمَشْيُ اَمَامَهَا وَقُرْبَهَا وَالْاِسْرَاعُ بِهَا وَالتَّفَكَّرُ فِى الْمَوْتِ وَمَابَعْدَهُ. وَكُرِهَ اللَّغَطُ وَالْحَدِيْثُ فِي اُمُوْرِ الدُّنْيَا وَرَفْعِ الصَّوْتِ اِلَّا بِالْقُرْأَنِ وَالذِّكْرِ وَالصَّلَاتِ عَلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَلَا بَأْسَ بِهِ الْاَنَ لِأَنَّهُ شِعَارٌ لِلْمَيِّتِ. (تنور القلوت).
Para pengantar jenazah yang berjalan kaki disunnahkan berjalan di depan keranda atau di dekatnya sambil berjalan cepat dan berfikir tentang dan sesudah mati. Tetapi tidak disunnahkan bagi para pengantar jenazah untuk gaduh, bercakap cakap urusan dunia, apalagi dengan suara keras, kecuali melantunkan ayat ayat Al-Qur’an, membaca dzikir, atau sholawat kepada Nabi Saw karena hal ini menambah syi’ar bagi si mayit. (Tanwir Al-Qulub, halaman 213).

Sungguh jelas, bahwa tradisi yang ada di masyarakat yaitu Membaca Dzikir Atau Shalawat Saat Mengantar Jenazah adalah sebuah kebaikan, bahkan mendapat contoh dari Nabi Saw dan Sahabat, maka dari itu, kita sebagai generasi umat islam, mari terus kita jaga ajaran itu, agar tetap bisa lestari sepanjang masa, dan bisa dirasakan oleh anak cucu kita kelak.
Selain dari itu, semua itu bukti bahwa ulama nusantara memiliki sanad yang jelas hingga sampai kepada Rasulallah Saw, dan dapat dipastikan ajaran ajaran itu mengandung hikmah dan manfaat buat kita semua umat islam. Wallahualam.