Dalil Peringatan Maulid Nabi
Minggu, 03 November 2019
Edit
Dalil Peringatan Maulid Nabi
Maulid Nabi menjadi salah satu ritual keagamaan khususnya di Indonesia, maulid Nabi merupakan tradisi turun temurun dari sesepuh sesepuh agama mulai dari sejak dulu, hingga kini maulid Nabi masik eksis dan berkembang, mulai dari perdesaan, kota, negara, pesantren, hampir semua mengenal dan memperingati Maulid Nabi.
Maulid Nabi adalah peringatan hari lahirnya Nabi Muhammad yang mana bertepatan pada tanggal 12 Robi’ul Awal, namun peringatan tersebut tidak hanya bertepat pada tanggal lahirnya saja, bahkan sampai satu bulan penuh di anggap sebagai bulan Maulud.
Peringatan Maulid Nabi adalah bentuk ekspresi umat untuk mengutarakan nilai nilai cinta dan ibadah, serta sholawat kepada Nabi Muhammad Saw, karena untuk mengutarakan cinta kita kepada Baginda Nabi Besar Muhammad Saw salah satu caranya adalah dengan bersholawat kepadanya.
Hal tersebut berandaskan ayat berikut:
اِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمَا.
Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikatNya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam pernghormatan kepadanya. (QS. Al-Ahzab: 56)
Ayat tersebut dijelaskan dalam tafsir jalalain bahwa bermakna perintah anjuran untuk bersholawat dan memberi salam penghormatan kepada utusan Allah yaitu Nabi Besar Muhammad Saw.
Dengan landasan itu, sebenarnya sudah cukup untuk memberikan pedoman bagi umat islam khususnya di Indonesia yang merayakan peringatan maulid Nabi Saw, karena sudah jelas makna yang terkandung dalam ayat tersebut, walaupun makna dalam ayat tersebut masih bermakna Umum dan Luas.
Selain dari ayat Al-Qur’an tersebut, ada sebuah dalil yang bisa di buat pijakan, dan bisa mengerucutkan konteks dari ayat Al-Qur’an di atas, berikut ini dalilnya:
لَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِيْنَةَ وَجَدَ الْيَهُوْدَ يَصُوْمُوْنَ عَاشُوْرَاءَ فَسُئِلُوْا عَنْ ذَلِكَ فَقَالُوْا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِيْ أَظْفَرَ اللهُ فِيْهِ مُوْسَى وَبَنِيْ اِسْرَائِيْلَ عَلَى فِرْعَوْنَ وَنَحْنُ نَصُوْمُهُ تَعْظِيْمًا لَهُ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْنُ أَوْلَى بِمُوْسَى مِنْكُمْ ثُمَّ أَمَرَ بِصَوْمِهِ. (رواه الشيخان).
Ketika Nabi Saw tiba di Madinah, Beliau mendapati orang-orang Yahudi sedang berpuasa di hari Asyura. Mereka ditanya tentang hal itu, lalu mereka menjawab, “di hari ini, Allah telah memberikan kemenangan kepada Nabi Musa dan bani Isroil atas Firaun. Dan kamu berpuasa untuk mengagungkannya”. Lalu Rosulallah Saw bersabda, “Kami lebih berhak dengan Nabi Musa As dibandingkan kalian”. Lalu beliau memerintahkan berpuasa pada hari itu. (HR. Bukhari Muslim).
Dalam hadist di atas ada nilai yang terkandung yaitu menghormati dan memperingati sesuatu kemenangan, hal tersebut seperti halnya konteks peringatan maulid Nabi karena dalam konteks maulid Nabi lahirnya utusan Allah yang akan menjadi pimpinan mat islam, yang mana pasti menjadi sebuah kegembiraan bagi umat islam.
Melihat konteks maulid Nabi tersebut, jelas sekali bahwa makna dari hadist tersebut sangat layak dan memiliki nilai mewakili dari kontek maulid Nabi.
Bahkan untuk menghormati dan memeringati hari lahirnya sendiri, nabi Muhammad Saw juga melakukan puasa di hari lahirnya, berikut dalilnya:
عن أبي قتادة رضي الله عنه: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم سئل عن صوم يوم الاثنين؟ فقال فيه ولدت وفيه أنزل على رواه الامام مسلم في الصحيح في كتاب الصيام.
Dari Abi Qotadah ra, bahwa Rosulallah Saw ditanya mengenai puasa hari senin. Maka beliau menjawab “dihari itu aku di lahirkan, dan di hari itu di turunkan padaku (Al-Qur’an)”. (HR Imam Muslim dalam shohihnya pembahasan tentang puasa).
Hal tersebut juga di buktikan dan diperkuat dengan kutipan dari Imam Syafi’i Rohimahullah:
من جمع لمولد النبي صلى الله عليه وسلم اخوانا وهيأ طعاما وأخلى مكانا وعمل احسانا وصار سببا لقراءته بعثه الله يوم القيامة مع الصادقين والشهداء والصالحين, ويكون في جنات النعيم.
Barang siapa yang mengumpulkan saudara-saudara untuk memperingati Maulid Nabi, kemudian menyediakan makanan, tempat dan berbuat kebaikan untuk mereka serta ia menjadi sebab untuk atas di bacakannya maulid Nabi, maka Allah akan membangkitkan dia bersama sama orang yang jujur, orang orang yang mati syahid dan orang orang shleh, dan dia akan di masukkan dalam syurga na’im.
Sungguh jelas bahwa peringatan maulid Nabi Saw memliki landasan yang kuat, bahkan sudah di kutip di sebagian kitab kita ulama terdahulu, dan berlangsungnya peringatan maulid Nabi masa ke masa, bukti bahwa orang orang terdahulu dalam garis umat islam juga pernah merayakan maulid Nabi.
Selain dari landasan itu, ada nilai yang terkandung dari peringatan Maulid Nabi yaitu sebagai wujud cintanya kepada Nabi muhammad Saw. Cinta adalah fitrah, dan mencintai adalah amanah, begitulah kiranya bentuk cinta yang fitrah dan mencintai yang amanah kepada baginda kita Nabi Besar Muhammad Saw.
Jika anda masih ragu untuk memperingati maulid Nabi, apalagi landasan yang anda pakai adalah fatwa fatwa ulama wahabi, anda termasuk salah besar, karena fakta dalam kitab ulama wahabi juga mengkutip tentang Maulid Nabi, dan anda akan menjadi orang yang aneh, ketika anda sendiri beragama islam namun tidak mau menaruh sholawat dan hormat kepada Nabi Saw, apalagi di bulan kelahirannya.
Berikut ini kutipan dari Ulama wahabi tentang peringatan Maulid Nabi dalam kitabnya:
فَتَعْظِيْمُ الْمَوْلِدِ وَاتِّخَاذُهُ مَوْسِمًا قَدْ يَفْعَلُهُ بَعْضُ النَّاسِ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهِ أَجْرٌ عَظِيْمٌ لِحُسْنِ قَصْدِهِ وِتَعْظِيْمَهِ لِرَسُوْلِ الهِد صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَاَلِهِ وَسَلَّمَ كَاَ قَدَّمْتُهُ لَكَ. (الشخ ابن تيمية, اقتضاء الصراط المستقيم, مخالفة أصحاب الجحيم).
Mengagungkan maulid Nabi Muhammad dan melakukannya rutin (setiap tahun), yang kadang dilakukan oleh sebagian orang, dan baginya merayakan maulid tersebut, pahala yang agung besar karena tujuan yang baik dan mengagungkan Rasulallah Saw dan keluarga beliau. Sebagaimana yang telah aku sampaikan padamu. (Syaikh Taimiyah, iqtidla’u Al-Shirati Al-Mustaqim, Mukholafatu Ashhabi Al-Jahim: 297).
Sudah sangat jelas, perayaan maulid Nabi tidak hanya ulama Aswaja saja yang mengutip dan bermakna kebaikan, namun ulama wahabi juga mengutipnya dan juga memberikan makna kebaikan, tinggal kita merawat dan melestarikan maulid Nabi yang landasannya sangat jelas dan termasuk warisan dari sesepuh sesepuh tokoh agama di Indonesia, agar penerus penerus generasi umat islam tetap bisa mengekspresikan bentuk cintanya kepada Nabinya, tanpa lepas dari landasan Islam.
Maulid Nabi menjadi salah satu ritual keagamaan khususnya di Indonesia, maulid Nabi merupakan tradisi turun temurun dari sesepuh sesepuh agama mulai dari sejak dulu, hingga kini maulid Nabi masik eksis dan berkembang, mulai dari perdesaan, kota, negara, pesantren, hampir semua mengenal dan memperingati Maulid Nabi.
Maulid Nabi adalah peringatan hari lahirnya Nabi Muhammad yang mana bertepatan pada tanggal 12 Robi’ul Awal, namun peringatan tersebut tidak hanya bertepat pada tanggal lahirnya saja, bahkan sampai satu bulan penuh di anggap sebagai bulan Maulud.
Peringatan Maulid Nabi adalah bentuk ekspresi umat untuk mengutarakan nilai nilai cinta dan ibadah, serta sholawat kepada Nabi Muhammad Saw, karena untuk mengutarakan cinta kita kepada Baginda Nabi Besar Muhammad Saw salah satu caranya adalah dengan bersholawat kepadanya.
Hal tersebut berandaskan ayat berikut:
اِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمَا.
Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikatNya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam pernghormatan kepadanya. (QS. Al-Ahzab: 56)
Ayat tersebut dijelaskan dalam tafsir jalalain bahwa bermakna perintah anjuran untuk bersholawat dan memberi salam penghormatan kepada utusan Allah yaitu Nabi Besar Muhammad Saw.
Dengan landasan itu, sebenarnya sudah cukup untuk memberikan pedoman bagi umat islam khususnya di Indonesia yang merayakan peringatan maulid Nabi Saw, karena sudah jelas makna yang terkandung dalam ayat tersebut, walaupun makna dalam ayat tersebut masih bermakna Umum dan Luas.

Selain dari ayat Al-Qur’an tersebut, ada sebuah dalil yang bisa di buat pijakan, dan bisa mengerucutkan konteks dari ayat Al-Qur’an di atas, berikut ini dalilnya:
لَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِيْنَةَ وَجَدَ الْيَهُوْدَ يَصُوْمُوْنَ عَاشُوْرَاءَ فَسُئِلُوْا عَنْ ذَلِكَ فَقَالُوْا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِيْ أَظْفَرَ اللهُ فِيْهِ مُوْسَى وَبَنِيْ اِسْرَائِيْلَ عَلَى فِرْعَوْنَ وَنَحْنُ نَصُوْمُهُ تَعْظِيْمًا لَهُ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْنُ أَوْلَى بِمُوْسَى مِنْكُمْ ثُمَّ أَمَرَ بِصَوْمِهِ. (رواه الشيخان).
Ketika Nabi Saw tiba di Madinah, Beliau mendapati orang-orang Yahudi sedang berpuasa di hari Asyura. Mereka ditanya tentang hal itu, lalu mereka menjawab, “di hari ini, Allah telah memberikan kemenangan kepada Nabi Musa dan bani Isroil atas Firaun. Dan kamu berpuasa untuk mengagungkannya”. Lalu Rosulallah Saw bersabda, “Kami lebih berhak dengan Nabi Musa As dibandingkan kalian”. Lalu beliau memerintahkan berpuasa pada hari itu. (HR. Bukhari Muslim).
Dalam hadist di atas ada nilai yang terkandung yaitu menghormati dan memperingati sesuatu kemenangan, hal tersebut seperti halnya konteks peringatan maulid Nabi karena dalam konteks maulid Nabi lahirnya utusan Allah yang akan menjadi pimpinan mat islam, yang mana pasti menjadi sebuah kegembiraan bagi umat islam.
Melihat konteks maulid Nabi tersebut, jelas sekali bahwa makna dari hadist tersebut sangat layak dan memiliki nilai mewakili dari kontek maulid Nabi.
Bahkan untuk menghormati dan memeringati hari lahirnya sendiri, nabi Muhammad Saw juga melakukan puasa di hari lahirnya, berikut dalilnya:
عن أبي قتادة رضي الله عنه: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم سئل عن صوم يوم الاثنين؟ فقال فيه ولدت وفيه أنزل على رواه الامام مسلم في الصحيح في كتاب الصيام.
Dari Abi Qotadah ra, bahwa Rosulallah Saw ditanya mengenai puasa hari senin. Maka beliau menjawab “dihari itu aku di lahirkan, dan di hari itu di turunkan padaku (Al-Qur’an)”. (HR Imam Muslim dalam shohihnya pembahasan tentang puasa).
Hal tersebut juga di buktikan dan diperkuat dengan kutipan dari Imam Syafi’i Rohimahullah:
من جمع لمولد النبي صلى الله عليه وسلم اخوانا وهيأ طعاما وأخلى مكانا وعمل احسانا وصار سببا لقراءته بعثه الله يوم القيامة مع الصادقين والشهداء والصالحين, ويكون في جنات النعيم.
Barang siapa yang mengumpulkan saudara-saudara untuk memperingati Maulid Nabi, kemudian menyediakan makanan, tempat dan berbuat kebaikan untuk mereka serta ia menjadi sebab untuk atas di bacakannya maulid Nabi, maka Allah akan membangkitkan dia bersama sama orang yang jujur, orang orang yang mati syahid dan orang orang shleh, dan dia akan di masukkan dalam syurga na’im.
Sungguh jelas bahwa peringatan maulid Nabi Saw memliki landasan yang kuat, bahkan sudah di kutip di sebagian kitab kita ulama terdahulu, dan berlangsungnya peringatan maulid Nabi masa ke masa, bukti bahwa orang orang terdahulu dalam garis umat islam juga pernah merayakan maulid Nabi.
Selain dari landasan itu, ada nilai yang terkandung dari peringatan Maulid Nabi yaitu sebagai wujud cintanya kepada Nabi muhammad Saw. Cinta adalah fitrah, dan mencintai adalah amanah, begitulah kiranya bentuk cinta yang fitrah dan mencintai yang amanah kepada baginda kita Nabi Besar Muhammad Saw.
Jika anda masih ragu untuk memperingati maulid Nabi, apalagi landasan yang anda pakai adalah fatwa fatwa ulama wahabi, anda termasuk salah besar, karena fakta dalam kitab ulama wahabi juga mengkutip tentang Maulid Nabi, dan anda akan menjadi orang yang aneh, ketika anda sendiri beragama islam namun tidak mau menaruh sholawat dan hormat kepada Nabi Saw, apalagi di bulan kelahirannya.
Berikut ini kutipan dari Ulama wahabi tentang peringatan Maulid Nabi dalam kitabnya:
فَتَعْظِيْمُ الْمَوْلِدِ وَاتِّخَاذُهُ مَوْسِمًا قَدْ يَفْعَلُهُ بَعْضُ النَّاسِ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهِ أَجْرٌ عَظِيْمٌ لِحُسْنِ قَصْدِهِ وِتَعْظِيْمَهِ لِرَسُوْلِ الهِد صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَاَلِهِ وَسَلَّمَ كَاَ قَدَّمْتُهُ لَكَ. (الشخ ابن تيمية, اقتضاء الصراط المستقيم, مخالفة أصحاب الجحيم).
Mengagungkan maulid Nabi Muhammad dan melakukannya rutin (setiap tahun), yang kadang dilakukan oleh sebagian orang, dan baginya merayakan maulid tersebut, pahala yang agung besar karena tujuan yang baik dan mengagungkan Rasulallah Saw dan keluarga beliau. Sebagaimana yang telah aku sampaikan padamu. (Syaikh Taimiyah, iqtidla’u Al-Shirati Al-Mustaqim, Mukholafatu Ashhabi Al-Jahim: 297).
Sudah sangat jelas, perayaan maulid Nabi tidak hanya ulama Aswaja saja yang mengutip dan bermakna kebaikan, namun ulama wahabi juga mengutipnya dan juga memberikan makna kebaikan, tinggal kita merawat dan melestarikan maulid Nabi yang landasannya sangat jelas dan termasuk warisan dari sesepuh sesepuh tokoh agama di Indonesia, agar penerus penerus generasi umat islam tetap bisa mengekspresikan bentuk cintanya kepada Nabinya, tanpa lepas dari landasan Islam.